Page 8 - klipING
P. 8
bawah Rp50.000. Bandingkan dengan alat diagnostik impor yang harganya sekitar Rp150.000 dan belum tentu akurat.
Perekayasa lulusan Hiroshima University, Jepang, itu mengatakan alat tersebut memiliki sejumlah keunggulan. Seperti mampu memdeteksi dini infeksi DBD, menggunakan bahan baku antibodi monoklonal berdasarkan strain lokal Indonesia, spesimen dapat berupa darah, plasma dan serum.
Alat itu juga mudah digunakan, bahkan bagi masyarakat awam sekalipun. Hasil yang diperoleh juga dapat dideteksi dengan cepat, dan tidak memerlukan alat dalam penggunaannya.
"Alat ini lebih akurat, karena menggunakan virus nyamuk lokal di Indonesia. Perlu penelitian selama tiga tahun untuk mendapatkan sampel dari Sabang sampai Merauke," tambah Irvan yang merupakan Kepala Program Kit Diagnostik DBD BPPT itu.
Virus nyamuk dari Sabang sampai Merauke itu diambil kemudian dibuat anti-DNA. Setelah itu dimasukkan ke dalam mikroba yang menghasilkan antiDNA. Uji yang dilakukan dengan melakukan isolasi virus dalam kultur sel, identifikasi asam nukleat atau antigen serta deteksi antibodi spesifik terhadap virus.
Irvan menambahkan rencananya alat pendeteksi itu akan diproduksi Kimia Farma dan akan dijual ke pasaran pada April mendatang. Dia berharap dengan adanya alat tersebut dapat mendeteksi DBD lebih dini dan mampu menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Baca juga: Waspada DB di musim penghujan dan peralihan
Baca juga: Kota Kupang tetapkan KLB DBD Pewarta: Indriani