Page 3 - KLIPINGBELMAWA09032019 (sore).docx
P. 3
rutin, kepemimpinan, itu masih perlu dilakukan manusia,” terang Profesor ITB tersebut.
Tantangannya, menurut Ismunandar, perguruan tinggi saat ini lambat merespon perkembangan teknologi dan inovasi yang cepat. Sehingga, banyak industri besar yang menyediakan kursus atau pelatihan, misalnya Microsoft.
Menurut Ismunandar pemerintah akan meningkatkan kuantitas Politeknik di Indonesia. “Meskipun pembukaan politeknik mahal, tetapi tetap harus dilakukan. Jadi kalau ada yang mau buka universitas baru, pemerintah menahan. Namun, jika ada yang ingin membuka politkenik, kami akan sangat mendorong,” jelas Imsunandar. Pengembangan Politeknik juga telah tercantum dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 54 Tahun 2018. Membahas penyelenggaraaan pendidikan vokasi dalam sistem yang terbuka dengan fleksibilitas dan waktu penyelesaian pendidikan (multy entry and multy exit system).
Ismunandar juga menekankan politeknik untuk memerhatikan hasil riset McKinsey Global Institute tentang pekerjaan yang baru dan yang hilang berkaitan dengan otomatisasi. Dalam survey tersebut dijelaskan bahwa pada tahun 2030, 12 persen pekerjaan yang ada saat ini akan digantikan otomatisasi.
Terjadi pergeseran
Merespons hal tersebut, secara terpisah Direktur Polman, Dede Buchori Muslim, menjelaskan bahwa memang telah terjadi pergeseran pekerjaan, tetapi Polman terus bersiap untuk mencetak lulusan yang mampu berinovasi di era disrupsi ini.
“Satu sisi ada pergeseran industri yang tadinya itu masif produksi, menjadi produk yang cepat berganti, life cycle produk itu cepat. Misalnya gadget. Perubahan itu mengubah permintaan tenaga kerja, mengubah juga teknologi yang ada,” ujar Buchori.
Teknologi foundry secara global, Jepang dan Eropa, negara maju itu satu per satu tutup, karena foundry itu untuk produksi massal. Kenapa berkurang karena muncul teknologi baru 3D scanning dan 3D printing, jadi teknologi itu cepat terjadi dari perencanaan hingga keluar produk. “Jadi sekarang ini untuk membuat satu komponen itu bisa unik, bisa dibuat satu saja,” jelasnya.
Teknologi 3D itu pun sudah dimiliki Polman. Meskipun mengaku terengah-engah, Buchori memaparkan bahwa Polman terus meningkatkan teknologi terapan agar mahasiswa lebih paham perkembangan terkini. Begitupun dalam pembelajaran, Polman sudah memberikan kewajiban kepada seluruh mahasiswa akan diberikan terkait perancangan pemograman, atau algoritma.
“Jadi semua mahasiswa punya nalar untuk merancang pemograman. Contohnya saja kalau untuk maintenance, profesi yang memastikan bahwa mesin-mesin itu siap digunakan. Nah saat ini, mesin-mesin itu akan terkoneksi dengan internet, sehingga pengguna bisa memonitor performa mesin, dan mendeteksi kerusakan pada mesin. Itu tantangan dan kita tengah siapkan,” ujarnya.
Ke depan, menyambut Dies Natalis Polman yang ke-42 ini, Direktur Polman berharap dapat menjadikan mahasiswa sebagai lulusan Polman mampu menghadapi kemungkinan-kemungkinan dunia yang memang telah berubah. Melalui pendidikan hard skills, dan juga soft skills dalam kegiatan kemahasiswaan.***