Page 5 - KLIPINGBELMAWA09032019 (sore).docx
P. 5
pemerintah untuk meningkatkan keterampilan sumber daya manusia, terutama dalam era otomatisasi revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Ismunandar mengatakan Indonesia berpotensi menjadi negara terbesar keempat di dunia. Namun saat ini masih berada dalam posisi 16.
AYO BACA : Genbi UIN Bandung Disiapkan Hadapi Revolusi Industri 4.0 "Penyebabnya ialah karena kita kekurangan tenaga kerja yang memiliki keterampilan andal. Kedua, karena inovasi kita masih rendah. Politeknik ini mesti menjadi jawaban untuk peningkatan kualitas keterampilan sumber daya manusia Indonesia,” ujar Ismunandar saat memberikan kuliah umum di Politeknik Manufatkur (Polman), Jumat (8/3/2019).
Melalui sepak terjangnya puluhan tahun, Ismunandar mengapresiasi peran Polman dalam mengembangkan kualitas dan kemampuan peserta didik yang dapat bersaing untuk memajukan negara. Setelah berkunjung ke beberapa laboratorium kerja Polman, ia yakin kemampuan mahasiswa Polman mampu mengikuti persaingan zaman.
AYO BACA : Begini Cara Hadapi Indonesia Era 4.0
“Tugas pendidikan tinggi ialah untuk mendidik generasi agar orang yang tidak tergantikan oleh robot. Ada buku berjudul ‘Robot-Proof: Higher Education in the Age of Artificial Intelligence’, karangan Joseph E.Aoun, itu membahas bagaimana masyarakat tidak tergatikan oleh robot. Misalnya empati, inovasi, hal-hal yang bukan rutin, kepemimpinan, itu masih perlu dilakukan manusia,” paparnya.
Tantangannya, kata Ismunandar, perguruan tinggi saat ini lambat merespon perkembangan teknologi dan inovasi yang cepat. Sehingga, banyak industri besar yang menyediakan kursus atau pelatihan, misalnya Microsoft.
Pemerintah akan meningkatkan kuantitas Politeknik di Indonesia. Meskipun pembukaan politeknik mahal, tetapi hal ini harus dilakukan. "Jadi kalau ada yang mau buka universitas baru, pemerintah menahan. Namun, jika ada yang ingin membuka politkenik, kami akan sangat mendorong,” ucap Ismunandar. Pengembangan Politeknik juga telah tercantum dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 54 Tahun 2018 yang membahas tentang penyelenggaraaan pendidikan vokasi dalam sistem yang terbuka dengan fleksibilitas dan waktu penyelesaian pendidikan. Kemudian, Ismunandar menekankan politeknik untuk memerhatikan hasil riset McKinsey Global Institute tentang pekerjaan yang baru dan yang hilang berkaitan dengan otomatisasi. Dalam survey tersebut dijelaskan bahwa pada tahun 2030, 12 persen pekerjaan yang ada saat ini akan digantikan otomatisasi. Direktur Polman, Dede Buchori Muslim, menjelaskan telah terjadi pergeseran pekerjaan akibat otomatisasi tetapi Polman terus bersiap untuk mencetak lulusan yang mampu berinovasi di era disrupsi ini. “Satu sisi ada pergeseran industri yang tadinya itu masif produksi, menjadi produk yang cepat berganti, life cycle produk itu cepat. Misalnya gadget. Perubahan itu mengubah permintaan tenaga kerja, mengubah juga teknologi yang ada,” ujar Buchori. Teknologi foundry secara global, Jepang dan Eropa, negara maju itu satu per satu tutup, karena foundry itu untuk produksi masal. Munculnya teknologi baru 3D scanning dan 3D printing membuat teknologi cepat terjadi dari perencanaan hingga produk keluar. “Jadi sekarang ini untuk membuat satu komponen itu bisa unik, bisa dibuat satu saja,” jelasnya. Teknologi 3D itu pun sudah dimiliki Polman. Meskipun terengah-