Page 8 - KLIPINGBPPT3172019PAGI
P. 8
Judul
BPPT: Atasi Polusi Jakarta Tak Bisa hanya dengan Lidah Mertua
Media
Inews
Terbit
31 Juli 2019
Tone
Positif
Hal/link
https://www.inews.id/news/megapolitan/bppt-atasi-polusi-jakarta- tak-bisa-hanya-dengan-lidah-mertua
PR VALUE
Rp.0
Jurnalis
Irfan Ma’ruf
JAKARTA, iNews.id – Tingkat polusi udara di Jakarta dalam beberapa hari terakhir menjadi yang terburuk di dunia. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebut ada sejumlah metode untuk membersihkan udara Ibu Kota dari pencemaran.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto menuturkan, salah satu metode tersebut yakni penghijauan. Semakin banyak pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida akan semakin baik.
“Tumbuh-tumbuhan akan menjadi faktor pembersih. Bukan sekadar tumbuhan lidah buaya, lidah mertua, lidah keponakan, dan seterusnya, tapi tumbuh-tumbuhan yang punya kemampuan tinggi untuk menyerap karbon,” ungkap Seto di Gedung Kemenko PMK, Jalan Medan Merdeka Barat, Selasa (30/7/2019).
BACA JUGA: Polusi Udara Jakarta Terburuk di Dunia, Anies Klaim Temukan Sumbernya
Terkait hal itu, dia pun menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan gerakan agar gedung-gedung tinggi di Jakarta diimbangi dengan penanam pohon besar di sekelilingnya. Hal ini dilakukan guna menangkap polutan di langit Jakarta.
Selain memiliki tumbuhan dengan ukuran besar, gedung-gedung tinggi di Jakarta juga diharapkan memiliki air mancur untuk membersihkan udara yang tercemar. Air mancur dapat berperang di sirkulasi udara sehingga dapat membantu mengurangi polusi.
Selain cara di atas, menurut Seto, ada metode lain untuk membersihkan polusi udara Jakarta yakni dengan hujan buatan. Namun, cara ini membutuhkan biaya yang besar. Harus ada juga awan terkumpul.
Seto menuturkan, polusi saat ini juga dipengaruhi ketiadaan hujan. Ketika hujan tiba, air akan membersihkan udara secara berlipat. Ketika kemarau tiba, tidak faktor pembersih yang tersedia.
“Kalau masih ada awan masih bisa digunakan teknologi modifikasi cuaca kemudian juga teknologi modifikasi cuaca bisa membongkar lapisan stabil tadi menjadi tidak stabil sehingga ruang atmosfer semakin banyak,” kata dia.