Page 2 - KLIPINGBPPT21022019 (PAGI)
P. 2
Judul
Agar Optimal, Dana Riset Jangan Dikurangi Biaya Operasional
Media
Suara Pembaruan
Terbit
20 Februari 2018
Tone
Netral
Hal/link
18
PR VALUE
0
Jurnalis
Ari Rikin
18 Suara Pembaruan Rabu, 20 Februari 2019 RUU Sisnas Iptek Mampu Atasi Masalah Riset
[JAKARTA] Pemerintah menco- ba membuat lompatan dan mencari solusi mengatasi permasalahan ri- set di Indonesia. Saat ini pemerin- tah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maraton membahas ran- cangan undang-undang (RUU) Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek).
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Muhammad Dimyati mengatakan, RUU Sisnas Iptek ini merupakan RUU usulan pemerintah yang dise- rahkan ke DPR pada Agustus 2017. Kemudian DPR membuat daftar in- ventaris masalah pada Oktober 2018 dan saat ini masih dibahas di panitia kerja.
“Saat ini pembahasan terhenti karena masa kampanye. Memang pembahasan RUU ini belum satu tahun. Kami berharap di tahun 2019 RUU ini rampung,” katanya menja- wab SP, di Jakarta, Selasa (19/2).
Diharapkan kehadiran RUU yang kelak menjadi undang-undang ini akan menjadi solusi mengatasi permasalahan riset yang ada di Indonesia. RUU ini menggali berba- gai peluang seperti kelembagaan ri- set, pendanaan menjadi satu pintu, dan peningkatan sumber daya manu- sia (SDM) agar riset lebih kompeti- tif. Saat ini dana riset di Indonesia yang mencapai lebih dari Rp 26 trili- un masih didominasi atau bersumber dari pemerintah. Dana riset itu pun tersebar di berbagai kementerian dan lembaga. Sedangkan dana riset dari swasta masih rendah.
Dimyati menjelaskan, usulan
RUU ini dilandasi keinginan agar riset di Indonesia adaptif terhadap perkembangan zaman. Menurutnya, UU No 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sudah lama dan tidak akan mampu menja- wab dinamika dan perubahan saat ini yang begitu drastis.
Sebut saja lanjutnya, informasi komunikasi dan teknologi yang saat ini berkembang luar biasa. Infrastruktur informasi pun me- ningkat dan hampir semua kota besar telah terkoneksi.
Di sisi lain, dari sisi sumber daya manusia (SDM) juga perlu menyesuaikan dengan perkem- bangan zaman.
“Awalnya kita ingin hanya melakukan revisi terhadap UU No 18 Tahun 2002 itu, tetapi karena banyak penggantian dan cukup banyak yang direvisi, maka men- jadi RUU Sisnas Iptek,” paparnya.
Dari RUU Sisnas Iptek tersebut, bahasan krusial yang dikaji menda- lam antara lain kelembagaan, SDM, penyimpanan data dan sanksi.
Saat ini tambahnya, lembaga litbang tersebar di setiap kemente- rian dan lembaga, lembaga peme- rintah nonkementerian, dan indus- tri Badan Usaha Milik Negara. Banyak lembaga menurutnya, berjalan sendiri dalam riset dan ti- dak terkoordinasi. Bahkan kerap terjadi tumpang tindih riset.
Kemudian, anggaran yang ter- cecer tersebut membuat riset ke- rap dirasa minim dan kekurangan dana. Ada lembaga litbang yang memiliki laboratorium bagus pun tidak bisa dipakai bersama.
“Riset pun kerap tidak fokus, dana tercecer dan kerap tidak jadi apa-apa,” ujarnya.
Di negara lain, anggaran riset terbilang besar karena sektor swas- ta sudah memiliki peran yang do- minan, jauh berbeda dengan
Indonesia. Dimyati menjelaskan, pemerintah ingin melakukan eva- luasi kelembagaan dan diharapkan ada efisiensi dan peningkatan riset.
Beberapa tahun lalu anggaran ri- set di Indonesia masih sekitar 0,08% dari gross domestic product (GDP). Sementara saat ini sudah meningkat di angka 0,25% dari GDP yang jika dirupiahkan mencapai sekitar Rp 30,78 triliun. Menurut UNESCO, idealnya anggaran riset Indonesia mencapai 1% dari GDP atau sekitar Rp 100 triliun. Dari situ porsi anggar- an pemerintah pusat sebesar Rp 24,9 triliun dan daerah Rp 0,89 triliun.
Dari postur anggaran riset saat ini pemerintah memang cukup dominan mencapai 84% dan swasta baru sekitar 16% dari total Rp 30,78 triliun.
“Di luar negeri tidak ada satu pun negara yang alokasi anggaran risetnya didominasi pemerintah. Mereka sudah memiliki alokasi anggaran riset yang memang di- dominasi swasta,” kata Dimyati.
Di sisi lain, SDM penelitian Indonesia perlu ditingkatkan kua- litasnya. Publikasi pun masih ren- dah meski sekarang mulai ter- dongkrak, banyak lembaga yang belum memiliki laboratorium canggih. Swasta pun belum terta- rik mengalokasikan dana risetnya sehingga pemerintah sedang mengkaji insentif riset berupa tax deduction, pengurangan pajak un- tuk keperluan riset bagi industri.
“Semua permasalahan dan so- lusinya dibahas di dalam RUU Sisnas Iptek. Kami ingin RUU Sisnas Iptek ini menjadi jawaban- nya,” kata Dimyati.
Terkait anggaran riset yang saat ini tersebar di berbagai kementerian lembaga, Dimyati mengaku tidak mengetahui persis perincian anggar- an. “Tentunya di Kementerian Keuangan rincian tersebut ada. Kami tidak pegang data itu,” ucapnya.
Ke depan, dengan usulan dana riset satu pintu, program riset pun akan terkoordinasi, efisien dan tak ada lagi tumpang tindih penelitian.
Ia mengaku, pihaknya terus mendorong penyelesaian RUU Sisnas Iptek ini. Sebab menurutnya, RUU ini diperlukan untuk kemasla- hatan bangsa Indonesia dan punya manfaat besar di masa depan.
Sinergi Nasional
Terkait RUU Sisnas Iptek, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin mengung- kapkan, RUU Sisnas Iptek sangat penting untuk memacu pengem- bangan iptek agar meningkatkan daya saing bangsa.
"RUU Sisnas Iptek diharapkan segera selesai dan dapat segera diterapkan untuk membenahi tata kelola pengembangan iptek dan peningkatan kuantitas dan kualitas SDM Iptek," kata Thomas.
Menurutnya, tumpang tindih antarlembaga riset dan universitas dalam beberapa hal tidak mungkin dihindari. Namun yang terpenting adalah sinergi nasional segera terwujud dan tidak ada lagi ego sektoral.
Selain itu, diharapkan dana ri- set terus meningkat, bukan hanya dari anggaran negara tetapi juga dari sektor swasta. [R-15]
Politani Kupang Terima Bantuan Mahasiswa Berprestasi Lippo
[KUPANG] Rektor Politeknik Pertanian Negeri Kupang (Politani), Ir. Thomas Lapenangga, MSi berterima kasih atas Bantuan Mahasiswa Berprestasi Lippo (BMBL) 2018 sebesar Rp 150 juta. Bantuan ini merupakan bagian dari beasiswa Lippo Grup se- nilai total Rp 1,5 miliar.
“Kami berterima kasih atas bantuan ini untuk me- ningkatkan sumber daya ma- nusia berkualitas dan memi- liki daya saing,” kata Thomas Lapenangga, dalam sambut- annya di Kampus Politeknik Pertanian, Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) Selasa (19/2) siang.
“Kami berharap perhati- an dan pemberian bantuan dari Lippo tersebut dapat di- manfaatkan dengan sebaik- baiknya untuk meningkat- kan SDM berkualitas serta mendorong mahasiswa lebih giat belajar untuk mengga- pai prestasi yang lebih baik dari hari ini. NTT selama ini
ISTIMEWA Prof Dr Didik J Rachbini (tengah) bersama mahasiswi/mahasiswa Politeknik Negeri Madura Sampang (Poltera) penerima Bantuan Mahasiswa Berprestasi Lippo (BMBL) 2018 (19/2). Poltera
merupakan salah satu perguruan tinggi, yang mahasiswi/mahasiswanya menerima BMBL 2018.
berikan secara rutin setiap ta- hun senilai Rp 1,5 miliar ke- pada 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia yang berbeda-beda.
Penyerahan secara sim- bolis telah dilakukan bebe- rapa waktu yang lalu oleh Pendiri & Chairman Lippo Group, Dr Mochtar Riady kepada Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir.
Selain Politani NTT, PTN lain yang menerima BMBL 2018 adalah Politeknik Negeri Indramayu Jawa Barat, Politeknik Perikanan Negeri Tual (Polikant) Maluku Tenggara, Politeknik Negeri Bali (PNB) Denpasar Bali, Politeknik Negeri Madura Sampang (Poltera), Politeknik Negeri Tanah Laut Pelaihari (Politala) Kalimantan Selatan, Universitas Tidar Magelang, Untidar Jawa Tengah, Politeknik Pertanian Negeri
Pangkajene Kepulauan (Pangket) Sulawesi Selatan, Institut Seni Budaya Indonesia Tanah Papua Jayapura (ISBI) Papua dan terakhir Universitas Samudra Kota Langsa (Unsam) Aceh.
“Bantuan dana pendidik- an merupakan wujud komit- men Lippo terhadap pengem- bangan sumber daya manusia Indonesia dalam segala aspek kehidupan. Kami meyakini bahwa sumber daya manusia Indonesia yang andal akan memberikan kontribusi signi- fikan terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan kemajuan bangsa secara umum, khususnya dalam du- nia pendidikan menghadapi tantangan jaman yang serba digital,” demikian pesan Mochtar Riady yang disam- paikan Adrianus Mooy.
Adrianus mengatakan de- ngan penyerahan BMBL ke- marin, sudah 80 PTN di selu- ruh Indonesia yang menerima BMBL. [YOS/D-10]
dikatakan miskin karena ke- hidupan masyarakat masih banyak yang susah. Maka saatnya Politani mendorong untuk keluar dari kemiskin- an itu melalui mahasis- wa-mahasiswi yang turun ke desa dan berbagi ilmu pe- ngetahuan dengan masyara-
kat untuk mengubah pola bercocok tanam yang lebih modern,” kata Thomas.
Menurut Thomas, bantu- an seperti ini sulit ditemui di NTT. “Kami mengucapkan terima kasih kepada pemilik Lippo dan para dirut, direksi serta pimpinan dan staf Lippo
Group yang telah menolong mahasiswa Politani keluar dari beban biaya perkuliahan ini,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Senior Executive Lippo, Prof Dr Adrianus Mooy MSc, PhD mengatakan, bantuan ini merupakan bantuan yang di-
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
Muhammad Dimyati Thomas Djamaluddin