Page 9 - KLIPINGBELMAWA25062019SORE
P. 9
Judul
Karena Sistem Zonasi, Syarat Masuk PTN Perlu Dievaluasi Ilustrasi Ujian Masuk Perguruan tinggi
Media
Tirto
Terbit
25 Juni 2019
Tone
Netral
Hal/link
https://tirto.id/karena-sistem-zonasi-syarat-masuk-ptn- perlu-dievaluasi-ec2F
PR VALUE
Rp 30.000.000
Jurnalis
Alfian
Karena Sistem Zonasi, Syarat Masuk PTN Perlu Dievaluasi Ilustrasi Ujian Masuk Perguruan tinggi. FOTO/Istockphoto Oleh: Alfian Putra Abdi - 25 Juni 2019 Dibaca Normal 2 menit Penerapan sistem zonasi oleh Kemendikbud perlu dikesinambungkan dengan model tes perguruan tinggi negeri (PTN). tirto.id - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) semakin mantap menggenjot pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan melaksanakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berdasarkan ketentuan jarak atau zona. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy bersikukuh dengan zonasi, terminologi sekolah favorit dapat segera hilang dari persepsi masyarakat. Sebab, kata dia, lambat laun semua sekolah akan dibuat sama baiknya dan sama favoritnya. Namun kenyataannya, pada proses PPDB di Depok misalnya, favoritisme sekolah masih tampak pada persepsi orangtua murid. Itu pula yang menyebabkan orangtua murid saling beradu cepat mendaftarkan anak-anaknya, hingga antrean panjang tak terelakkan.
Penulis buku Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Jaman Global, Doni Koesoema menilai, persepsi orangtua yang menginginkan anaknya bersekolah di sekolah favorit, terkait juga dengan upaya melangkah ke jenjang pendidikan tinggi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). "Itu bisa dipastikan, karena SNMPTN jalur tanpa tes. Kalau kuota SNMPTN dihilangkan, orangtua tidak akan rebutan sekolah favorit. Tetapi akan masuk sekolah yang baik kualitasnya," kata Doni saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (25/6/2019). Pernyataan Doni tentu beralasan. Dilansir dari laman resmi SNMPTN, memang ada ketentuan pemeringkatan yang berdasarkan ketentuan akreditasi sekolah. Kemenristekdikti membaginya menjadi tiga: Akreditasi A mendapatkan porsi kuota 40 persen terbaik di sekolahnya, Akreditasi B mendapatkan 25 persen terbaik di sekolahnya, sedangkan Akreditasi C dan lainnya mendapatkan 5 terbaik di sekolahnya. Dengan penerapan sistem zonasi