Page 4 - KLIPINGBPPT1982019SORE
P. 4
Judul
BPPT Usulkan TMC Karhutla di Sumsel, Kalbar dan Kalteng
Media
Suaramerdeka.com
Terbit
19 Agustus 2019
Tone
Positif
Hal/link
https://www.suaramerdeka.com/news/baca/194647/bppt-usulkan- tmc-karhutla-di-sumsel-kalbar-dan-kalteng
PR VALUE
Rp.15,000,000
Jurnalis
(Andika Primasiwi/CN26/SM Network)
JAKARTA, suaramerdeka.com - Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan modifikasi cuaca untuk penanggulangan karhutla di Sumatera dan Kalimantan masih berpeluang terjadinya hujan, karena masih terdapat pertumbuhan awan di wilayah tersebut. Hingga kini, BBTMC-BPPT masih tunggu komando dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sementara operasi modifikasi cuaca untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau telah dilaksanakan sejak 26 Februari hingga saat ini. Pada 30 Juli, jumlah titik api (hotspot) di wilayah Provinsi Riau terpantau nol. Sementara, jumlah tertinggi sekitar 20 titik panas selama akhir Juli 2019.
“Pantauan saat ini, di wilayah Sumatera dan Kalimantan masih terdapat pertumbuhan awan sehingga penerapan teknologi modifikasi cuaca berpeluang besar. Kami sudah menyerahkan data pada pihak BNPB untuk modifikasi cuaca di Sumatera dan Kalimantan. Namun, memang baru provinsi Riau yang dilaksanakan TMC,” ujar Tri Handoko Seto.
Sebelumnya, wilayah-wilayah yang diusulkan BBTMC-BPPT untuk dilaksanakan TMC antisipasi Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) meliputi Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. “Secara historis, peningkatan jumlah hotspot secara signifikan di Sumatera mulai bulan Juni dan di Kalimantan mulai bulan Juli, hingga puncaknya pada bulan Agustus pada September," papar Tri Handoko Seto.
Meningkatnya jumlah hotspot, lanjut Seto, juga dipengaruhi berkurangnya curah hujan pada bulan-bulan tersebut. Data historis curah hujan kurun 2009-2018 pada Juli dan Agustus di wilayah Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, sangat rendah dan berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan.
“Curah hujan juga minim untuk September, namun membaik pada bulan Oktober. Pada bulan September di wilayah-wilayah tersebut masih rawan terjadi karhutla. Jadi untuk Riau kami usulkan diperpanjanghingga akhir September atau akhir musim kemarau sesuai prediksi BMKG," ujarnya.