Page 36 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 36
Pemuda-pemuda bersenjata diharuskan menyerahkan senjatanya
dengan berbaris serta membawa bendera putih. Batas waktu yang
ditentukan adalah pukul 06.00 pada tanggal 10 November 1945.
Apabila tidak diindahkan, Inggris akan mengerahkan seluruh kekuatan
darat, laut, dan udara. Ultimatum ini ditandatangani oleh Mayor Jendral
E.C. Mansergh. Untuk menentukan sikap terhadap ultimatum ini para
pemimpin di Surabaya mengada pertemuan.
Mereka berusaha menghubungi Presiden Soekarno untuk meminta
instruksi mengenai tindakan apa yang akan diambil menerima atau
menolak ultimatum. Namun, mereka hanyaberhasil mengadakan
hubungan dengan Menteri Luar Negeri Mr. Ahmad Soebarjo. Menteri
Luar Negeri menyerahkan "kata putus" kepada rakyat Surabaya.
Secara resmi, Gubernur Suryo melalui radio menyatakan menolak
ultimatum Inggris. (Poesponegoro & Notosusanto , 2011:193).
Pemuda Surabaya melawan tentara Sekutu yang dipimpin oleh
bung Tomo. Selain itu, bung tomo meminta bantuan kepada kyai untuk
melawan tentara Sekutu dalam mempertahankan bangsa Indonesia.
Kemudian membentuk organisasi bernama resolusi jihad yang terdiri
kyai dan santri dalam peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya.