Page 7 - D:\SMANSA PWT\2021-2022\PEMBELAJARAN\Kelas X\WAJIB\MATERIALS\TEKS LHO\
P. 7
Dark Tourism, Alternatif Brilian Dunia Wisata
1 Jangan mengaku sebagai pecinta travelling jika belum pernah Pernyataan Umum
mencicipi ide adventurial bertajuk dark tourism. Dicetuskan
secara definitif pertama kali pada tahun 1996 oleh salah seorang
profesor dari Universitas Glasgow Caledonian Skotlandia, J.
John Lennon, bersama kawan-kawannya dalam sebuah buku
berjudul “Dark Tourism: The Attraction of Death and Disaster”,
dark tourism pada mulanya hanya merujuk pada aktivitas
berwisata mengunjungi destinasi yang menyimpan sejarah
kelam. Pelbagai kejadian sejarah di dunia seperti perang,
genosida, bencana, pembunuhan, penahanan, hingga
pembersihan etnis, merupakan destinasi autentik
penyelenggaraan dark tourism. Namun, seiring berjalannya
waktu, aktivitas dark tourism mulai mengalami perkembangan
dalam pemaknaannya. Istilah dark tourism tidak lagi dibatasi
sebagai wisata ke pelbagai destinasi bersejarah kelam,
melainkan berkembang menjadi kegiatan mengunjungi tempat-
tempat yang dianggap memiliki nilai mistis di dalamnya.
Peralihan ini tentu memicu beberapa daerah untuk memasukkan
‘keanehan-keanehan’ tersebut untuk menjadi bagian dari atraksi
wisata daerahnya.
2 Tiga dari tujuh bentuk dark tourism menurut Philip R. Stone Deskripsi Bagian
dalam penelitiannya yang berjudul “A Dark Tourism Spectrum:
Towards A Typology of Death and Macabre Related Tourist
Sites, Attractions, and Exhibitions” yaitu dark dungeons, dark
conflict sites, dan dark camps of genocide.
Dark dungeons merupakan wilayah dark tourism yang
menampilkan sejarah kelam dimasa lampau dengan tujuan
pendidikan atau hiburan. Lawang Sewu menjadi destinasi dark
dungeons yang popular di daerah Semarang, Jawa Tengah.
Sementara dark conflict sites menawarkan pengalaman berupa
dark tourism berbentuk pendidikan yang terkait dengan segala
hal tentang sejarah konflik atau perang. Indonesia memiliki salah
satu situsnya yang terkenal, yaitu Monumen Pancasila Sakti