Page 45 - IPAS-BS-KLS-VI
P. 45
Perang Jawa: Perjuangan Pangeran Diponegoro
Memasuki abad ke-19 keadaan di Jawa,
khususnya di Surakarta dan Yogyakarta semakin
memprihatinkan. Intervensi pemerintah Belanda
melahirkan konflik baru di lingkungan kerajaan.
Mereka berani memunculkan budaya Barat yang
tidak sesuai dengan budaya nusantara, seperti
minum-minuman keras. Belanda juga membuat
kebijakan baru dengan menaikkan pajak, serta
berani memasang patok-patok pembuatan jalan
di atas tanah leluhur Kesultanan Yogyakarta. Hal
tersebut menyebabkan Pangeran Diponegoro
sangat marah dan menyatakan perang dibantu Gambar 2.8 Pangeran Diponegoro.
pasukan kerajaan.
Saat perang, Pangeran Diponegoro menerapkan taktik gerilya dengan cara
menyerang secara tiba-tiba dan memutus jalur pengiriman makanan bagi pasukan
Belanda. Hal ini membuat Belanda mengalami banyak kekalahan saat menghadapi
pasukan Pangeran Diponegoro. Untuk mengatasinya, Belanda di bawah pimpinan
Jenderal de Kock memanggil bala bantuan tentara Belanda dari wilayah Sumatera,
Sulawesi, dan merekrut tentara yang didatangkan dari Afrika dan Pantai Gading
untuk menambah jumlah tentara.
Selain itu, sang Jenderal juga menerapkan strategi baru yang dikenal dengan
Benteng Stelsel, yakni membangun banyak benteng untuk mempersempit ruang
gerak pasukan Diponegoro. Hal ini membuat pasukan Diponegoro terdesak dan
mengalami banyak kekalahan sehingga terpaksa berunding dengan Belanda. Saat
datang ke tempat perundingan, Belanda berbuat licik dengan menangkap Pangeran
Diponegoro dan mengasingkannya ke Makassar, Sulawesi Selatan sampai beliau
meninggal di pengasingan pada tahun 1855.
Perang Diponegoro atau dikenal dengan Perang Jawa dimasukkan dalam The
Great War oleh orang Eropa karena berhasil membuat Belanda sampai mengerahkan
50.000 tentara. Belanda mengalami banyak kerugian sehingga memunculkan ide
cultuurstelsel untuk mengganti kerugian dari perang ini.
Kosakata Baru
intervensi : campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak
kebijakan : pedoman dan dasar rencana
Bab 2 | Cerita tentang Indonesia Kita 35