Page 167 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 167

prabumian (bali), atau sebagai tanah terlarang buat orang lain-tatabuan
            (Bolang Mongodow). Selanjutnya terdapat istilah-istilah seperti  torluk
            (Angkola), limpo(Sulawesi selatan), nuru (Buru), payar (Bali), paer (Lombok),
            Ulayat (Minangkabau).

                Berkaitan dengan hak masyarakat adat atas wilayah tertentu atau yang
            biasa di sebut sebagai hak ulayat, maka pembicaraan itu merujuk pada
            satuan geografis. Sedangkan jika berbicara tentang hak, maka yang tercakup
            wewenang-wewenang atau otoritas yang didasarkan pada kemauan untuk
            melakukan atau tidak melakukan sesuatu di atas wilayah ulayat.  Dengan
                                                                    180
            demikian hak ulayat merujuk kepada suatu hubungan antara masyarakat adat
            dengan wilayah tertentu. Hubungan antara masyarakat hukum adat dengan
            tanah ulayatnya melahirkan hak ulayat, dan hubungan antara perorangan atas
            tanah.  Mengenai hubungan tersebut, Ter Haar  menyatakan :
                                                      182
                 181
                “hubungan hidup antar umat manusia yang teratur susunannya dan
                bertalian satu sama lain di satu pihak dan tanah di lain pihak yaitu tanah
                di mana mereka berdiam, tanah yang memberikan makan mereka, tanah
                di mana mereka dimakamkan dan yang menjadi tempat kediaman
                orang-orang halus pelindungnya beserta arwah leluhurnya tanah dimana
                meresap daya-daya hidup, termasuk hidupnya umat itu dan karenanya
                tergantung dari padanya, maka pertalian demikian itu yang dirasakan
                dan berakar dalam alam pikirannya “serba berpasangan” (participerend
                denken)  itu dengan seharusnya dianggap sebagai pertalian hukum
                (rechtssbetrekking) umat manusia terhadap tanah.”

                Hubungan yang terjalin antara masyarakat hukum adat dengan tanah
            sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai persekutuan
            hukum. Persekutuan-persekutuan hukum (rectsgemeenschappen) yaitu “gerom-
            bolan yang teratur bersifat tetap dengan mempunyai kekuasaan sendiri, pula
            kekayaan sendiri berupa benda yang kelihatan hak dan tidak kelihatan”.
                                                                            183

                180   Ronald .Z. Titahelu, Asas-Asas Penguasaan Tanah Ulayat Dalam Sistem Hukum
            Nasional, Disampaikan Dalam Kerangka Mempersiapkan Naskah Akademik Peraturan
            Daerah Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara,Juni 2008
                181   Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang
            Pokok Agraria, Isi, Dan pelaksanaanya, Djembatan, 2003, hal.234
                182   Ter Haar Bzn-K. Ng.Soebakti Poespono, op cit,hal 49
                183   Ibid., hal 89

                                           150
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172