Page 179 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 179

ulayat atau pertuanan itu ada yang telah berubah karena ada bagian tanah-
            tanah pertuanan yang telah dikeluarkan dari wilayah pertuanan disebabkan
            oleh berbagai hal yang berkaitan dengan pembangunan dan kebutuhan
            ekonomi masyarakat.

                Asal mula penguasaan suatu pertuanan, menurut sejarah masyarakat
            setempat, adalah beragam dalam prosesnya di berbagai tempat atau pulau yang
            berbeda, meskipun ada satu pola umum yang sama. Kedatangan orang-orang
            pertama di suatu tempat tertentu, biasanya yang  mengawali penguasaan atas
            suatu wilayah pertuanan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, orang-
            orang pertama  ini melakukan pembukaan suatu lahan  untuk rumah dan
            kebun, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan hutan sekitarnya untuk
            perladangan daur ulang (shifting cultivation), berburu, dan meramu hasil hutan.
            Kemudian mereka meletakkan suatu tanda tertentu (biasanya tanda-tanda
            alam) pada titik-titik terjauh yang dapat mereka capai dari pusat pemukiman.
            Dengan menarik garis lurus dari yang menghubungkan semua titik tersebut,
            maka suatu garis batas lengkap suatu pertuanan negeri sudah tercipta.
                Di Maluku Barat Daya, Maluku Tenggara Barat, Maluku Tenggara, dan
            Maluku Tengah dan Kota Ambon, pada umumnya penguasaan  atas tanah
            adat hanya ada pada Negeri/Ohoi/Letha/Lekhe, Soa, dan Mata Rumah.
            Sementara itu tidak  jauh berbeda dengan di kabupaten lainnya,  penguasaan
            tanah adat di Maluku Tengah khususnya di Pulau Ambon dan Lease umumnya
            mengenal bentuk hak atas tanah, yakni;

            a.   Tanah Dati, yaitu tanah milik klen (fam) atau milik mata rumah yang
                terlepas dari sesuatu yang ada di atas tanah tersebut. Dalam sistem Dati
                suatu kerabat atau klen (fam) mata rumah maupun persekutuan dapat
                menikmati tanah-tanah yang berada di bawah kekuasaan hak pertuanan
                suatu negeri. Jadi hak menikmati tanah-tanah dati tidak di berikan
                kepada orang seorang atau pribadi, tetapi kepada kelompok orang yang
                bernaung di bawah suatu kerabat fam atau mata rumah atau cabang
                kerabat ataupun suatu persekutuan.
            b.  Tanah perusah adalah tanah yang dibuka atau diperusah sendiri-sendiri
                atau bersama-sama oleh anak negeri di atas tanah pertuanan, biasanya
                tanah yang masih ewang.


                                           162
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184