Page 38 - JALUR REMPAH
P. 38
24 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
Wilayah kepulauan Maluku sekitar abad ke-12 dan 13 menjadi tujuan
utama pedagang Cina, Arab dan Jawa. Intensitas hubungan Cina dan bangsa
lain di Kepulauan Maluku meningkat. Hal ini dapat ditelusuri berdasarkan
volume besar temuan keramik cina yang ada di kepulauan Maluku. Demikian
pula pada awal abad ke-14, orang-orang Cina telah menetap di pesisir pantai
Kepulauan Seram dengan kehidupan berdagang barang-barang asal selain dari
cina juga India, Eropa dan Jepang.
Temuan artefak dari negeri asing di kepulauan Maluku menjadi petunjuk
aktifitas perdagangan antara pihak asing dengan pedagang lokal, pedagang
lokal antar pulau atau daerah dagang dan juga perdagangan lokal Kepulauan
Maluku yakni antara daerah pesisir dengan daerah pedalaman. John Miksic
memberikan catatan pokok tiga pola distribusi komoditi dalam proses
pertukaran yaitu, pertama: pengambilan langsung antara pihak pengambil
barang dari suatu tempat asal kepada pihak penerima bahan komoditi di
tempat tertentu untuk menerima barang. Kedua, pertukaran antara dua
orang (reciprocity), pertukaran yang terjadi diantara pihak penerima dengan
pemberi yang dapat berlangsung pada tempat pemberi atau penerima atau bisa
juga antar batas wilayahnya. Ketiga, pola penyaluran kembali (redistribution)
yaitu, barang atau komoditi dari hulu diterima oleh orang hilir, biasanya raja
kemudian diterima lagi oleh orang di pesisir.
21
Di wilayah Kepulauan Maluku, termasuk Pulau Seram, perdagangan
keramik asing terutama keramik berasal dari Cina distribusi pertukarannya
diperankan oleh orang Bugis. Namun, pedagang Cina juga menjualnya kepada
orang Bugis di pelabuhan pengumpul, di antaranya Kepulauan Banda. Juga,
bisa terselenggara masyarakat perkebunan di Banda biasanya turun gunung
ke pesisir. Biasanya, penduduk masih sering “turun gunung” ke daerah pesisir
Orantata untuk membeli kebutuhan sehari-hari mereka. Juga, umumnya
mereka membawa biji kenari untuk dipasarkan di sana, meskipun dalam
jumlah terbatas. Situasi ini berlangsung sebelum abad ke-15. 22
21 Sebagai contoh kain-kain Gujarat yang berkualitas dipertukarkan kepada pedagang Gresik
kemudian mereka simpan untuk diekspor kembali ke Kepulauan Banda.
22 Untuk hal ini lihat. Hadimulyono and C.C. Macknight. “Imported Ceramics in South Sulawesi,”
Review of Indonesian and Malaysian Affairs (RIMA), Vol. 17, Winter 1983, hlm. 66-88.