Page 11 - FINAL E-MODUL SEJARAH REVOLUSI NASIONAL DI MALANG 1945-1949 OLEH ALIMATUL SA'ADAH - PRODUK SKRIPSI_Neat
P. 11

3.1   Ingkarnya Belanda Dalam Perjanjian Linggarjati
          Perjanjian Linggarjati adalah upaya Pemerintah Republik Indonesia untuk
    mendapatkan  pengakuan  kedaulatan  dari  Pemerintah  Belanda  yang  masih
    berusaha  menguasai  wilayah  Republik  Indonesia.  Sebelumnya  Diplomat
    Inggris,  Sir  Archibald  Clark  Kerr  mengundang  Indonesia  dan  Belanda  untuk
    melakukan  perundingan  di  Hoogwee  Veluwe  pada  tanggal  14-25  April  1946
    untuk  menyelesaikan  konflik  namun  tidak  membuahkan  hasil.  Ketidak
    berhasilan  perundingan  di  Hoogwee  Veluwe  ini,  mengharuskan  adanya
    perundingan  kembali  di  wilayah  Linggarjati,  Jawa  Barat  dan  menghasilkan
    Perjanjian Linggarjati (Kharisma & Sumarno, 2016: 947).
          Secara resmi dan sah Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Pemerintah
    Indonesia  dan  Belanda  pada  tanggal  25  Maret  1947  (Poesponegoro  &
    Notosusanto, 2019: 213), dengan isi pokok Perjanjian Linggarjati sebagai berikut:
     1. Belanda secara de facto harus mengakui Republik Indonesia dengan wilayah
      kekuasaan  Sumatera,  Jawa,  Madura  dan  meninggalkan  wilayah  tersebut
      paling lambat 1 Januari 1949
     2. Republik Indonesia dan Belanda bekerjasama mendirikan Negara Indonesia
      Serikat (NIS) sebelum tanggal 1 Januari 1949
     3. Membentuk  Uni  Indonesia-Belanda  dengan  Ratu  Belanda  sebagai
      Pemimpin
         Faktanya Perjanjian Linggarjati tidak berjalan dengan baik, pada tanggal 20
    Juli  1947,  Gubernur  Jenderal  H.J  Van  Mook  (Pihak  Pemerintah  Belanda)
    menyatakan tidak lagi terikat dengan Perjanjian Linggarjati dan pada tanggal 21
    Juli  1947,  melangsungkan  aksi  Agresi  Militer  Belanda  I  (Poesponegoro  &
    Notosusanto, 2019: 215).
          Sehingga, faktor utama yang mendorong peristiwa Agresi Militer Belanda I
    adalah Perbedaan pendapat terkait Perjanjian Linggarjati, diantaranya:
     1. Pemerintah  Belanda  menganggap  bahwa  Republik  Indonesia  negara
      persemakmurannya   sedangkan   pihak   Republik   Indonesia   tentu
      memposisikan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat
     2. Pemerintah  Belanda  Melarang  hubungan  kerja  sama  diplomatik  yang
      dilakukan Republik Indonesia dengan negara lain
     3. Pemerintah Belanda melanggar kesepakatan genjatan senjata.
          Hal ini juga menunjukkan bahwa upaya diplomasi masih dibersamai dengan
    ancaman kekerasan oleh pemerintah Belanda (Nasution, 1978: 188).

             INFO MENARIK 2
                    AYO DENGARKAN INFO MENARIK
                           BERIKUT INI!
                       (Tekan Tombol Disamping)

                              10
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16