Page 41 - E-MODUL PROBLEM BASED LEARNING PENCEMARAN LINGKUNGAN
P. 41
z
dan fauna. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar Ridwan Jamil
mengatakan kebakaran lahan tersebut terjadi sejak dua bulan lalu. Pihaknya menduga
penyebab kebakaran dipicu tindakan warga yang membuka lahan dengan cara membakar
lahan. "Namun, hingga kini, kami tidak pernah mendapatkan pelakunya," ujarnya. Hujan yang
tak pernah turun di kawasan itu ditambah embusan angin yang cenderung kencang
memperparah kebakaran. Sebelumnya, kata Ridwan, kebakaran hanya terjadi di empat titik
di sekitar Taman Hutan Raya (Tahura) Pocut Meurah Intan seluas sekitar 35 hektar. Namun,
seminggu ini, kebakaran meluas menjadi sekitar 100 hektar. Minggu, 9 Oktober 2016 petang,
api kembali menyala. "Kami terus berusaha memadamkan api yang kembali melalap
perkebunan tanaman muda dan hutan pinus di sekitar tahura itu," ucapnya. Kepala Tahura
Pocut Meurah Intan Muhammad Daud mengatakan, kebakaran terus berulang terjadi dua
bulan ini. Api yang sudah dipadamkan akan muncul lagi beberapa hari kemudian. Selain
menyebabkan tanah menjadi kritis, kebakaran yang berulang itu mengancam flora dan fauna
di tahura. Hingga kemarin, sudah 5 hektar lahan di tahura terbakar. "Padahal, tahura ini
menjadi tempat tinggal sejumlah satwa langka, seperti burung rangkong. Tahura ini juga
banyak ditumbuhi pohon pinus yang sangat penting sebagai pencegah lahan kritis dan
sebagai paru-paru lingkungan sekitar," kata Daud. Daud berharap pemerintah memberikan
fasilitas untuk memadamkan kebakaran di tahura agar kebakaran cepat dapat dipadamkan.
Sumber:https://regional.kompas.com/read/2016/10/11/18310021/kebakaran.lahan.di.aceh.besar.meluas?page=all
Bacaan 2
Warga Subang Keluhkan Pencemaran Limbah Pertamina
(a) (b)
Gambar 2. 5 Keadaan sebelum dan sesudah terkena asap pengeboran (Sumber : (a) wordpress.com (b) republika.co.id)
Proses pengeboran gas oleh PT Pertamina (Persero), di Desa Cidahu, Kecamatan Pagaden
Barat, menuai protes. Sebab, pengeboran itu berdampak pada pencemaran limbah udara.
Akibatnya, warga desa tersebut banyak yang terserang penyakit infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA). Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Cidahu, Syamhir Nurzaman,
mengatakan, sejak 15 tahun yang lalu, PT Pertamina (Persero) melakukan pengeboran gas di
desa ini. Sejak saat itu juga, udara di desa tersebut tercemar limbah. Bahkan, semakin parah
akhir-akhir ini. "Udara tak sedap itu tercium sepanjang hari," ujarnya, kepada sejumlah
wartawan, Rabu 10 Juli 2013 . Apalagi, jika matahari bersinar dengan teriknya atau saat cuaca
mendung. Udara tak sedap dari limbah pengeboran itu langsung menusuk hidung. Warga
40