Page 12 - Katalog Qalam Group
P. 12

Sang                                                                                                   Ken Angrok


               Brahmaputra







                                                                                                   Pada akhir abad ke-12, saat kecamuk antara Janggala dan
                                                                                                   Panjalu  memuncak,  lahir  seorang  anak  dari  wanita  sudra
                                                                                                   cantik di Pangkur,  Tumapêl. Anak itu bernama Angrok,
                                                                                                   leluhur kerajaan Singhasari dan Majapahit. Sejak dalam

                                                                                                   kandungan, kehadirannya telah memakan korban. Gajahpara
                                                                                                   sang ayah tiri mati terbunuh. Semakin diyakinilah bahwa
                                                                                                   Angrok adalah lêmbu pêtêng: sosok berdarah ksatria beribu
                                                                                                   sudra, tanpa diketahui khalayak siapa rama ksatrianya.

                                                                                                   Ketika lahir, Angrok memiliki toh di perut, ciri yang juga

                                                                                                   dimiliki sang mendiang ayah tiri. Tak ingin ditumpas oleh
                                                                                                   sang rama, Ni Êndhog, sang biyang, membuang Angrok
                                                                                                   di pekuburan anak Kabalon. Jabang bayi itu kemudian
                                                                                                   ditemukan oleh Ki Lembong, seorang pencuri yang

                                                                                                   kebetulan sedang beraksi di kabuyutan yang menjadi pusat
                                                                                                   kerajinan emas tersebut. Di tangan pencuri yang kemu-
                                                                                                   dian beralih profesi menjadi petani inilah Angrok dirawat,
                                                                                                   dibesarkan, dilatih kanuragan, dan sekaligus dirahasiakan
                                                                                                   jati dirinya.


                                                                                                   Menginjak dewasa, Angrok berkelana tak menentu. Dia
                                                                                                   bertemu dan berguru tanpa sengaja kepada sejumlah tokoh
                                                                                                   dan seorang resi. Dalam pengelanaan itulah keterampilan
                                                                                                   ksatrianya  terasah,  jiwa  kepemimpinannya  ditempa,  dan

                                                                                                   tujuan hidupnya berarah.

                                                                                                   Inilah kisah sejarah bertabur tata sosial, spiritual, dan susila
                                                                                                   tanah jawa sembilan abad silam. Ada banyak keanehan,
                                                                                                   tabu, dan kontroversi yang secara tak terhindarkan akan

                                                                                                   Anda temukan. Tetapi, kesemuanya itu adalah bagian dari
                                                                                                   daging sejarah yang harus dikunyah demi lebih memahami
                                                                                                   kebudayaan Jawa. Kebudayaan  terbesar  yang dianut  oleh
                                                                                                   rakyat di negeri ini.






                                                        9786239043643 | Damar Shashangka

                                Soft Cover | Book Paper | 15 x 23 cm | 608 hal | November 2019


                                                                                 Rp 145.000
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17