Page 179 - PAI 11 SISWA KM
P. 179

Pada masa mudanya, mula-mula belajar kepada          ayahnya sendiri.
                     Kemudian belajar kepada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh.
                     Selanjutnya, pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses lawatannya,
                     belajar juga kepada banyak ulama di Timur Tengah.

                     2.  Teladan yang dapat dicontoh
                     Diperkirakan Syekh Abdul Rauf kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H/1662
                     M, dan mengajarkan serta mengembangkan   Syathariah                   yang
                     diperolehnya. Banyak santri dan murid yang berguru kepadanya, dan berasal
                     dari Aceh serta wilayah Nusantara lainnya. Beberapa yang menjadi ulama
                     terkenal ialah  Syekh Burhanuddin Ulakan (dari Pariaman, Sumatra Barat)
                     dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (dari Tasikmalaya, Jawa Barat).

                         Syekh Abdul Rauf menjadi rujukan penting para mubalig yang merintis
                     dakwah ke berbagai daerah di Nusantara. Hal itu sejalan dengan sifat strategis
                     Aceh sebagai poros peradaban Islam di Kepulauan Indonesia. Saat itu, Aceh
                     merupakan tempat persinggahan para calon jamaah haji asal Sumatra, Jawa,
                     Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain.

                         Disebabkan peran besar tersebut, Syekh Abdul Rauf dapat dikatakan
                     sebagai Poros sejumlah ulama Nusantara. Salah seorang muridnya adalah
                     Syekh Burhanudin Ulakan (1646 M-1692 M). Setelah belajar di Aceh, mubalig
                     asal Pariaman  itu berangkat ke Tanah Suci. Sepulangnya dari Haramain,
                     dia mendirikan surau di Ulakan. Jasanya yang paling dikenang adalah
                     mendakwahkan Islam kepada kaum bangsawan Kerajaan Pagaruyung.
                         Murid lainnya adalah Syekh Abdul Muhyi. Mubaligh asal Jawa Barat itu
                     pernah bermukim di Aceh, untuk kemudian berangkat ke Tanah Suci untuk
                     mendalami ilmu-ilmu agama. Sempat pula dia berkunjung ke Baghdad (Irak)
                     untuk berziarah ke makam Syekh Abdul Qadir Jailani (1077 M-1166 M).
                           keilmuan itu, Abdul Muhyi menyebarkan dakwah
                     Islam, termasuk tarekat Syathariyah, di Jawa Barat.

                         Tokoh berikutnya adalah Abdul Malik bin Abdullah (1678-1736) dari
                     Semenanjung Melayu dan Dawud al-Jawi ar-Rumi. Keduanya juga berangkat
                     ke Tanah Suci untuk beribadah haji sekaligus pengembangan keilmuan.
                     Akhir              syari
                     Dawud al-Jawi yang diduga berasal dari Turki, dijadikan sebagai wakil utama
                     dari tarekat Syathariyah sepeninggal wafatnya Syekh Abdur Rauf.



                                    BAB 5: Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia  159
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184