Page 61 - PAI 10 SISWA
P. 61

Arinya: “Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
                               Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya
                               adalah neraka.” (H.R. Bukhari, Muslim)
                            b.  Hadis  Masyhur

                                  Hadis  masyhur  adalah  hadis  yang  diriwayatkan  oleh  dua orang
                               sahaba  atau lebih yang  idak  mencapai deraja  mutawair,  namun



                               setelah  itu  tersebar  dan  diriwayatkan  oleh  sekian  banyak  tabi’³n
                               sehingga idak mungkin bersepakat dusta. Contoh hadis jenis ini adalah
                               hadis  yang  arinya,  “Orang  Islam  adalah  orang-orang  yang  idak
                               mengganggu orang lain dengan lidah dan tangannya.” (H.R. Bukhari,
                               Muslim dan Tirmizi)

                            c.  Hadis Aĥad
                                  Hadis aḥad  adalah  hadis  yang  hanya diriwayatkan  oleh  satu  atau
                               dua orang perawi, sehingga idak mencapai derajat mutawair. Dilihat
                               dari segi kualitas orang yang meriwayatkannya (perawi), hadis dibagi ke
                               dalam iga bagian, yaitu sebagai berikut.

                               1)  Hadis Śaḥiḥ adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
                                  kuat hafalannya, tajam peneliiannya, sanadnya bersambung kepada
                                  Rasulullah  saw.,  idak  tercela,  dan  idak  bertentangan  dengan
                                  riwayat  orang  yang  lebih  terpercaya.  Hadis  ini  dijadikan  sebagai
                                  sumber hukum dalam beribadah (hujjah).
                               2)  Hadis Ḥasan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
                                  tetapi kurang kuat hafalannya, sanadnya bersambung, idak cacat,
                                  dan idak bertentangan. Sama seperi hadis śaḥiḥ, hadis ini dijadikan
                                  sebagai landasan mengerjakan amal ibadah.

                               3)  Hadis da’īf, yaitu hadis yang idak memenuhi kualitas hadis śaḥīiḥ




                                  dan  hadis  Ḥasan. Par  ulam  mengatakan bahw  hadis ini idak
                                  dapat dijadikan  sebagai  hujjah,  tetapi  dapat dijadikan  sebagai

                                  moivasi dalam  beribadah.


                               4) Hadis Maudu’, yaitu hadis yang bukan bersumber kepada Rasulullah
                                  saw. atau hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali bukan
                                  hadis. Hadis ini jelas idak dapat dijadikan landasan hukum, hadis ini
                                  tertolak.





                                                            Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti            55
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66