Page 28 - E-Modul PAI Eltrina Oktania
P. 28
9. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari Wali Songo
yang lahir pada tahun 1450 M. dengan nama asli Syarif
Hidayatullah. Ia adalah putra dari Syarif Abdullah bin
Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, dari seorang ibu
bernama Nyai Rara Santang. Jamaluddin Akbar kakek
buyut dari Syarif Hidayatullah adalah seorang mubaligh
besar dari Gujarat India.
Pada masa remajanya, Syarif Hidayatullah memperdalam ilmu agama
dengan berguru kepada Syekh Tajudin al-Kubri dan Syekh Ataullahi Sadzili di
Mesir, kemudian ia melanjutkan belajar ilmu tasawuf ke Baghdad. Dan pada saat
berusia 27 tahun, sekitar tahun 1475 M., ia kembali ke tanah Jawa dan tinggal di
Caruban di dekat wilayah Cirebon. Ia pun menikah dengan Nyi Ratu Pakungwati,
putri dari Pangeran Cakra Buana, penguasa Cirebon. Setelah Pangeran Cakra
Buana memasuki usia lanjut, maka kekuasaan atas Kasultanan Cirebon diserahkan
kepada Sunan Gunung Jati selaku menantunya.
Dalam kedudukannya sebagai raja, Sunan Gunung Jati membuat kebijakan
tentang pajak yang jumlah, jenis dan besarannya disederhanakan agar tidak
memberatkan rakyat. Ia juga membangun Masjid Agung Sang Ciptarasa dan
masjid-masjid Jami‟ di wilayah Cirebon. Ia juga menghentikan tradisi pengiriman
pajak kepada kerajaan Pajajaran, yang biasanya diserahkan secara periodik dalam
satu tahun. Keputusan ini merupakan simbol pernyataan berdirinya Kasunanan
Cirebon yang berdasarkan pada ajaran Islam.
Dalam hal ini, sesungguhnya kebijakan-kebijakan politik yang ditempuh
oleh Sunan Gunung Jati sebagai raja, menggunakan prinsip rahmatan lil ‘alamin
untuk menuju negeri yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafuur. Proses
islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati berlangsung dalam waktu yang
sangat lama. Posisinya sebagai ulama menjadikan ia mendapat gelar waliyullah
dan kapasitasnya sebagai kepala negara ia pun memperoleh gelar Sayyidin
Panatagama yang dalam tradisi Jawa seorang raja adalah wakil Tuhan di dunia.
24