Page 12 - E-MODUL PASAR DALAM PEREKONOMIAN
P. 12

JENDELA INFORMASI

                                    “Struktur Pasar Gagal Merusak Harga Tembakau”


                               Harga  tembakau  yang  anjlok  bukan  sesuatu  yang  tak  bisa  diduga.
                        Hampir  setiap  musim  panen  petani  tembakau  di  Temanggung,  Magelang,
                        Wonosobo,  Klaten,  Kendal,  dan  Grobogan  mengeluhkan  kondisi  tersebut.
                        Sony  Heru  Priyanto,  dosen  Jurusan  Agribisnis  Fakultas  Pertanian
                        Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga mengatakan ‘’kerusakan’’ harga
                        komoditas tersebut diakibatkan oleh kemunculan struktur pasar oligopsoni.
                        Dalam    struktur  pasar  itu  kegiatan  perdagangan  dilakukan  oleh  sedikit
                        pembeli  dan  banyak  penjual  sehingga  posisi  kedua  belah  pihak  tidak
                        seimbang.  Pembeli,  dalam  hal  ini  pabrik  rokok  berada  di  pihak  yang
                        diuntungkan  oleh  keadaan.  Jumlah  petani  tembakau  selaku  produsen  yang
                        banyak menyebabkan pasokan barang di pasaran menumpuk sehingga dapat
                        dipastikan harga menjadi sangat rendah. Kerugian akibat oligopsoni bukan
                        mutlak kesalahan pembeli. Kebutuhan pabrik atas tembakau yang dipasarkan

                        terbatas dan daya serapnya juga terbatas. Kondisi tersebut bukan timbul
                        lantaran  ada  negative  purpose  atau  niatan  buruk  pabrik  terhadap  petani.
                        Namun  lebih  disebabkan  oleh  stok  yang  masih  melimpah  di  gudang,  atau
                        mungkin  kualitas  yang  menjadi  standar  pabrik  tidak  dapat  dipenuhi  oleh
                        petani.

                               Pasar oligopsoni atau dia istilahkan ‘’pasar gagal’’ faktor yang dapat
                        dikendalikan  ada  dua,  yakni  kualitas  dan  kuantitas.  Jika  petani  menjual
                        tembakau  dengan  kualitas  baik,  maka  kecil  kemungkinan  pabrik  mematok
                        harga rendah. Menurut dia, ada tiga sistem kerja sama antara pabrik dan
                        petani  tembakau.  Pertama,  sistem  kontrak  yang  merupakan  sistem  paling
                        ideal. Dalam sistem itu kepastian semua tembakau yang diproduksi petani
                        terjual jelas. Baik pabrik maupun petani mempunyai kedudukan sama kuat
                        karena  sebelum  kontrak  ditandatangani  terlebih  dahulu  keduanya
                        bernegosiasi. Beberapa petani tembakau di Klaten menggunakan sistem itu
                        dalam kerja samanya dengan British American Tobacco (BAT).Kedua, sistem

                        sewa.  Dengan  sistem  itu  petani  bisa  mendapatkan  bagian  keuntungan jika
                        produksi tembakaunya melebihi target yang ditetapkan oleh pabrik. Pihak
                        pabrik juga memberikan uang sewa lahan serta upah tenaga kepada petani
                        yang menjadi mitranya. Dalam struktur pasar oligopsoni kedua sistem kerja
                        sama atau sewa di atas lebih baik bagi produsen atau petani dibandingkan
                        dengan sistem yang ketiga, yaitu pasar bebas. Pasar bebas adalah sistem
                        yang terjadi dalam perdagangan tembakau sekarang. Kekuatan pasar menjadi
                        satu-satunya  penentu  posisi  tawar  pelaku  jual-beli,    sehingga  petani
                        tembakau sebagai penjual sangat tidak diuntungkan.

                                                   Sumber : Suara Merdeka Kamis 19 Agustus 2004




               6 | M o d u l   P a s a r   D a l a m   P e r e k o n o m i a n
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17