Page 65 - Buku Paket Kelas 6 Agama Buddha
P. 65

Begitu Beliau menebarkan delapan ikat rumput itu, rumput-rumput itu berubah menjadi singgasana permata yang besar. Singgasana itu berukuran enam belas lengan, yang sangat indah yang tidak dapat dilukiskan
dan diukir oleh pelukis dan pengukir yang paling
 ahli sekalipun. Singgasana tersebut tercipta dalam bentuk yang sangat menakjubkan (dari sebuah singgasana permata). Di tempat itulah Petapa Siddharta duduk bermeditasi dengan wajah menghadap ke Timur dengan tekad yang bulat. Dengan pikiran terpusat, Bodhisatta berseru, ”Meskipun hanya kulit-Ku yang tersisa, meskipun hanya urat-Ku yang tersisa, meskipun hanya tulang-Ku yang tersisa, meskipun seluruh tubuh-Ku dan seluruh daging dan darah-Ku mengering, jika aku belum mencapai Kebuddhaan, Aku tidak akan mengubah postur- Ku dari duduk bersila seperti sekarang ini.”
Kegiatan 1
Demikianlah, dengan mengembangkan tekad atas empat faktor, Beliau duduk di atas singgasana permata yang tidak terlihat (aparàjita). Beliau duduk dengan postur/posisi duduk bersila (postur/posisi menaklukkan musuh, bukan mengaku kalah). Postur/posisi duduk yang dilakukan oleh Bodhisatta adalah postur/posisi yang tidak dapat dihancurkan bahkan oleh ratusan petir yang menyerang bersamaan.
D. Meditasi
Petapa Siddharta melakukan meditasi Anapana/Anapanasati, yaitu meditasi dengan menggunakan objek keluar dan masuknya napas. Tidak seberapa lama pikiran-pikiran yang tidak baik mengganggu batinnya. Pikiran-pikiran itu seperti keinginan kepada benda-benda duniawi, tidak menyukai penghidupan suci yang bersih dan baik, perasaan lapar dan haus yang luar biasa. Selain itu, timbul pula keinginan yang sangat dan melekat kepada benda-benda, malas dan tidak suka mengerjakan apa-apa. Perasaan takut terhadap jin-jin, hantu-hantu jahat, keragu-raguan, kebodohan, keras kepala, keserakahan timbul pula dalam pikirannya. Tidak hanya itu, keinginan untuk dipuji dan dihormati dan hanya melakukan hal-hal yang membuat dirinya terkenal juga timbul dalam pikirannya. Lalu, rasa tinggi hati dan memandang rendah kepada orang lain pun timbul dalam batinnya. Perjuangan hebat dalam batin Petapa Siddharta melawan keinginan dan nafsu-nafsu tidak baik, dalam buku-buku suci digambarkan sebagai perjuangan melawan dewa Mara yang jahat.
Tuliskan cita-citamu!
Bagaimana cita-cita itu dapat kalian wujudkan?
Adakah yang menghalangi kalian mencapai cita-cita tersebut? Bagaimana kalian dapat menghilangkan penghalang tersebut?
Jika kalian menemui kesulitan untuk menuliskan kegiatan ini, coba diskusikan dengan orang tuamu.
  Agama Buddha dan Budi Pekerti   59























































































   63   64   65   66   67