Page 51 - APRESIASI PROSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL BATAK TOBA
P. 51

Ompu  Halto  dapat  diselamatkan,  namun  postur  tubuhnya  tidak  tegap
      seperti  semula,  tetapi  membungkuk  karena  tulang  punggungnya  telah
      patah.

              Jejak-jejak  harimau  itulah  yang  sebenarnya  merupakan  guru
      Ompu  Halto  yang  telah  menjilati  punggungnya  agar  terhindar  dari
      kerusakan  yang  parah.  Sedangkan  di  tempat  lain,  pasukan  Marsose
      melanjutkan ekspedisi mengikuti arus sungai Sisira Rambe, terus ke hilir
      menyusuri  daerah  Lae  Toras,  Tarabintang,  Gaman,  Onggol,  Pinim,
      Buluampa,  Napahorsik  terus  ke  Parlilitan.  Andaikata  mereka  belok  ke
      arah kanan, mereka akan tiba di Simatabo.

              Sementara  itu,  setelah  dua  bulan  rombongan  Sisingamangaraja
      berada di Simatabo, mereka menuju ke Pusuk melewati gunung  Tindian
      Laut dengan kemiringan 75o. Di gunung terjal ini kadang-kadang mereka
      menjumpai ikan lele yang bermigrasi dari bawah ke atas melalui akar-akar
      kayu dan lumut yang basah, sampai di puncak gunung tinggal 300 m ke
      bawah sudah ada mata air. Menurut kepercayaan mereka, ikan lele ini
      tidak boleh diganggu. Dari Pusuk, rombongan dievakuasi melalui desa
      Siringo-ringo,  Kual-kuali,  terus  ke  Sionomhudon  tepatnya  di  Bungus
      Pearaja.

              Waktu  itu,  pasukan  Marsose  tiba  di  Sionomhudon  dan
      mengobrak-abrik semua desa serta menyiksa rakyat. Mereka mengalami
      kesulitan, karena rakyat tidak mengetahui bahasa Batak Toba, rakyat desa
      ini berbahasa Dairi, sehingga semua interogasi yang dilakukan pasukan
      Marsose tidak dapat dijawab oleh rakyat setempat. Kemudian ekspedisi
      diintensifkan ke seluruh pelosok dan seorang rakyat biasa tertangkap dan
      disiksa.  Karena  tidak  tahan  atas  siksaan  itu,  ia terpaksa  mengeluarkan
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56