Page 6 - Sistem Reproduksi
P. 6
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kura-kura merupakan salah satu jenis reptil langka dan unik.Sekarang banyak
kura-kura yang dipelihara dan diperjual belikan. Di provinsi Bengkulu didominasi kura-
kura air tawar dan kura- kura terestrial di setiap kabupaten (Agustina, 2011). Salah
satunya adalah Kura-kura baning cokelat (Manouria emys), Kura-kura M. emys termasuk
kedalam hewan yang hampir punah dimana kura- kura ini di konservasikan di Zona
Konservasi Kura-kura Universitas Bengkulu sebagai upaya untuk menjaga populasi dan
mencegah kepunahnya. Kura-kura M. emys menjadi satu-satunya spesies kura-kura darat
yang dilindungi dalam Permen LHK nomor 106/2018.
Tanaman katuk (Sauropus androgynus) merupakan jenis sayuran yang mudah
diperoleh di perkarangan rumah, kebun, dan di pasar-pasar tradisional ataupun swalayan.
Tanaman (S. androgynus) sering di kelola dan disuplementasikan untuk meningkatkan
status reproduksi ternak. Pada beberapa penelitian bagian-bagian tanaman katuk diuji
kandungan senyawa steroidnya (skrining) menggunakan metode Simes et al dan
diperoleh hasil yang menunjukkan bahwasanya tanaman katuk (positif) mengandung
senyawa metabolit steroid (+) baik dari bagian daun (+), batang (+) serta campuran daun
dan batang (+) (Prajonggo, 1996). Menurut Sukendar (1997) tumbuhan katu/katuk (S.
androgynus) mengandung karotenoid, vitamin E, vitamin C, protein, dan senyawa
fitosterol yang baik untuk meningkatkan fungsi reproduksi.
Prilaku seksual kura-kura jantan berbeda dengan kura-kura betina, prilaku
seksual kura-kura jantan lebih banyak melakukan gerak-gerik dengan tujuan menarik
perhatian betina. Menurut Rahman, A. (2008) Kura-kura jantan menaiki karapaks kura-
kura betina dan memegang erat tubuh betina dengan cakarnya pada proses inilah disebut
dengan (mounting). Berdasarkan pengamatan perilaku seksual tersebut peneliti tertarik
melakukan observasi yang terdapat di Zona Konservasi Universitas Bengkulu. Hasil
observasi perilaku seksual tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar pada materi
sistem reproduksi kelas XI IPA SMA/MA.
Buku Elektronik (E-Book) ini lebih efektif karena murah dan dapat digunakan
kapan dan dimana saja. Desain E-Book juga dapat dibuat lebih menarik karena lebih
praktis dan dilengkapi gambar-gambar yang mendukung proses pembelajaran (Sulistyani
dkk, 2013). E-Book dapat disajikan dalam bentuk digital dan dapat dibaca di komputer,
v
i