Page 101 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 101
yang telah didukung oleh konsep ideologi domeinverklaring
memperbolehkan pengusaha dan modal dari berbagai bangsa
masuk ke Hindia Belanda, sekaligus menandai babak baru
dimulainya era liberal dan ekonomi kapitalistik di Sumatera.
Karakteristik ekonomi kapitalistik ini ditandai dengan sifatnya
yang padat modal, penggunaan areal pertanahan yang luas,
penggunaan tenaga kerja upahan, struktur dan organisasi kerja
yang rapi dan sebagainya. 95
Dengan kekuatan politik dan bahkan dominasi ideologi
yang sangat kuat dalam mengatur hak akses terhadap lahan,
Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda semakin mantap
menerapkan berbagai kebijakan guna pengembangan produksi
perkebunan di Sumatera. Karena itu, hingga tahun 1884 terdapat
76 perkebunan di Keresidenan Sumatera Timur yang terdiri dari;
44 di Deli, 20 di Langkat, 9 di Serdang, 2 di Bedagai, dan 1 di
Padang. 96
Varietas tanaman yang ditanam di perkebunan pada
mulanya terfokus pada jenis tanaman tembakau. Perkembangan
selanjutnya, pemerintah Kolonial Hindia Belanda juga mendorong
ditanamnya karet, teh, dan kelapa sawit. Menurut Pelzer pada
periode menjelang 1920-an, perkebunan di Sumatera Timur
telah mencapai luas yang mencengangkan. Mulai dari pusatnya di
dekat Medan, perkebunan itu terhampar dalam rangkaian yang
tak terputus-putus sepanjang 100 kilometer jaraknya ke arah
95 H Burger dan Prajudi Atmosudirdjo, Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia (Jilid I),
Pradnjaparamita, Jakarta, 1962, hlm. 209. Lihat juga Djoko Suryo dan Sartono Kartodirdjo,
Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi, Aditya Media, Yogyakarta, 1991,
hlm. 4.
96 Dalam Novita Mandasari Hutagaol, “Labuan Deli Kota Pelabuhan Tradisional,” Historia,
Vol. 1, No. 2, 2016, hlm. 128.
66 Reforma Agraria Tanah Ulayat