Page 11 - C:\Users\win10\Documents\Flip PDF Professional\E-LKPD Fisnia\
P. 11
https://www.google.com/url?sa=i&url= kita sudah memasuki era new normal. Akan
https%3A%2F%2Fwww.paradase.id%2 tetapi kita tidak boleh lengah dan perlu ikut
Fpost%2Farticle%2Ftim-medis-di-
kutim-mulai-kelelahan-pasien-corona- andil dalam menjaga situasi agar tetap aman
terus-bertambah&psig terhindar dari virus. Cara yang dapat
dilakukan untuk memutus mata rantai virus
Covid-19 yakni dengan menjaga agar hidup
sehat dan bersih, menerapkan 5M, dan
selalu mematuhi protokol kesehatan di mana
pun kita berada. Dengan demikian,
kehidupan di negara kita tetap terus
berlangsung normal dan terbebas dari virus
Covid-19.
Bacalah teks cerita inspiratif berikut dengan cermat!
Kain Tenun Sumber Perlawanan dari Mama Aleta
Aleta Baun dikenal sebagai pejuang lingkungan. Mama Aleta , sapaan
akrabnya, lahir di Desa Lelobatan , Mollo Utara, Kabupaten Timur Tengah
Selatan, Provinsi Nusa TenggaraTimur (NTT) Pada 16 April 1963. Mama Aleta
adalah anak ke-6 dari 8 bersaudara yang sejak kecil begitu dekat dan menyatu
dengan alam.sejak kecil, mama Aleta diajarkan untuk menghormati lingkungan
hidup sebagai bagian dari kehidupan.
Sebagian besar masyarakat Mollo, Kabupaten Timur Tengah Selatan,
Nusa Tenggara Timur percaya bahwa leluhur mereka berasal dari kayu, air, dan
batu. Hutan dan air menjadi symbol marga dan martabat bagi warga setempat.
Oleh karena itu, mereka terusik ketika wilayahnya terancam akibat penambangan.
Salah satu masyarakat Mollo yang berdiri digarda terdepan adalah Aleta Baun
atau sering dipanggil Mama Aleta.
Sejak kecil, Aleta diajarkan leluhurnya bahwa alam mengandung nyawa
seperti manusia sehingga harus dilindungi . Masyarakat NTT percaya leluhur
mereka berasal dari batu, kayu, dan air di sekitar desa mereka. Keyakinan
filosofis Oel Fani on na, nasi fani on nafus , afu fani on mesa, fatu fani on nuif
mengandung arti bahwa air merupakan darah, hutan adalah pembuluh darah,
serta rambut dan tanah merupakan daging, batu merupakan tulang. Oleh karena
itu, Aleta marah ketika alam sekitarnya terancam.
Perlawanan mama Aleta berawal saat pemerintah daerah memberikan izin
tambang kepada PT So’e Indah Marmer dan PT Karya Asta Alam pada tahun
1995. Mama Aleta bersama salah satu tetua adat mendatangi kampong-kampung
untuk menggalang penolakan. Mama Aleta menggunakan pendekatan
nonkekerasan untuk membangkitkan kesadaran harga terhadap kelestarian
alamnya. Dia mengajak puluhan kaum ibu di tiga suku melakukan aksi protes
dengan menenun di cela gunung batu yang akan ditambang. Aksi tersebut
berlangsung selama setahun dan berhasil membuat dua perusahaan tambang,
yakni PT So’e Indah Marmer dan PT Karya Asta Alam berhenti beroperasi.
Perjuanganya dalam menjaga dan meningkatkan kesadaran masyarakat
E - L K P D M e n g i d e n t i f i k a s i I s i T e k s C e r i t a I n s p i r a t i f | 2