Page 11 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 JUNI 2020
P. 11

Laporan pada Mei 2020 itu menunjukkan, pekerja informal, yang bergantung pada pendapatan
              harian, mendapat pukulan paling keras. Namun, pekerja yang terdampak tak punya pilihan lain
              di tengah minimnya lowongan kerja dan persaingan pasar tenaga kerja yang kian kompetitif.
              Situasi ini diproyeksikan banyak terjadi di negara berkembang yang sistem jaring pengaman
              sosialnya lemah.

              Direktur  Eksekutif  Center  for  Reform  on  Economics  Mohammad  Faisal,  Rabu  (17/6/2020),
              mengatakan, tanpa krisis ekonomi pun, penambahan pekerja informal di Indonesia sudah lebih
              tinggi dibandingkan pekerja formal.

              Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Februari 2020, jumlah pekerja informal di Indonesia
              mencapai 56,5 persen atau 70,04 juta orang. Mengacu data Badan Kebijakan Fiskal Kementerian
              Keuangan  31  Mei  2020,  pemerintah  mengalokasikan  Rp  6,4  triliun  untuk  membantu  usaha
              ultramikro dan UMKM melalui sejumlah bantuan pembiayaan, seperti kredit usaha rakyat (KUR).
              Namun, menurut Faisal, bantuan masih bisa dimaksimalkan, antara lain dengan pendampingan
              teknis dan penciptaan pasar.

              Menurut Wakil Ketua Umum Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia Jumisih, pendataan dan
              perlindungan yang baik untuk pekerja informal juga diperlukan. Selama ini, pemerintah berdalih
              sulit melindungi pekerja informal karena kendala data yang tersebar dan tak terorganisasi.

              Data  Kementerian  Ketenagakerjaan  terkait  pekerja  terdampak  Covid-19  pun  tidak  mampu
              menangkap kondisi pekerja informal sehingga mereka sulit mendapat bantuan jaring pengaman
              sosial. Data per 27 Mei 2020, ada 318.959 orang pekerja informal atau hanya 10,4 persen dari
              total 3,06 juta pekerja yang terdampak Covid-19. Padahal, sektor ini diyakini paling terpukul
              akibat pandemi.

              Ekonomi desa

              Perubahan  sektor  ketenagakerjaan  terutama  terjadi  di  pedesaan.  Beban  ekonomi  di  desa
              meningkat dengan surplus tenaga kerja akibat banyaknya pekerja terdampak Covid-19 dari kota
              yang kembali ke desa karena kehilangan sumber pemasukan. Tak hanya pekerja l6kal, desa
              juga menampung pekerja migran yang dipulangkan akibat Covid-19 dan kini menganggur.

              Direktur  Eksekutif Migrant  Care  Wahyu  Susilo mengatakan,  perlu  ada intervensi  pemerintah
              untuk memastikan ketersediaan sarana produksi dan mekanisme pasar yang adil dan berpihak
              pada sektor informal dan perdesaan.

              Wakil  Menteri  Desa,  Pembangunan  Daerah  Tertinggal,  dan  Transmigrasi  Budi  Arie  Se-tiadi
              mengatakan, pemulihan ekonomi pascapandemi telah ikut memperhatikan revitalisasi ekonomi
              desa, antara lain lewat program ketahanan pangan, revitalisasi BUMDes, digitalisasi ekonomi
              desa, dan padat karya tunai desa.

              "Berbagai  kajian  menunjukkan,  desa  akan  menjadi  wilayah  yang  paling  cepat  rebound
              pascapandemi karena penderita Covid-19 sedikit dan potensi ekonominya juga besar," ujar Budi.
              (AGE)
















                                                           10
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16