Page 224 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 SEPTEMBER 2021
P. 224

Mereka  menjelaskan,  penyelamatan  wanita  tersebut  merupakan  bagian  dari  operasi
              penyelamatan terpadu oleh Departemen Tenaga Kerja (JTK), Satgas MAPO, dan kepolisian, yang
              dilakukan menyusul pengaduan dan informasi dari KBRI Kuala Lumpur pada Senin (20/9/2021).

              "Korban dianiaya secara fisik, yaitu ditendang di wajah saat meminta gajinya."

              Dilaporkan bahwa perempuan tersebut masuk ke Malaysia secara legal dengan izin kerja sebagai
              ART pada Juni 2003 melalui agen yang dikenalnya.

              Setelah dia mendapatkan pekerjaan, dana 350 ringgit (Rp 1,19 juta) per bulan dipotong dari gaji
              korban selama empat bulan sebagai pembayaran kepada agen.

              Dikatakan juga bahwa izin kerja resmi perempuan itu berakhir pada Juni 2020. Oleh karena itu,
              ia diklasifikasikan sebagai kerja paksa karena bekerja tanpa bayaran, ditolak kembali ke negara
              asalnya, dan dianiaya.
              Ada indikasi juga majikan melakukan pelanggaran di bawah Undang-Undang Anti-Perdagangan
              Manusia  dan  Anti-Penyelundupan  Migran  (ATIPSOM)  2007,  kata  Kementerian  Sumber  Daya
              Manusia Malaysia.

              Kementerian menambahkan, korban masih trauma dan ditempatkan di Shelter Zona Pusat di
              Damansara, setelah dia diberi perlindungan Interim Protection Order (IPO) oleh Pengadilan Sri
              Manjung pada hari yang sama dia diselamatkan.

              IPO  akan  berlangsung  selama  21  hari  hingga  13  Oktober  2021  untuk  melengkapi  berkas
              penyidikan berdasarkan UU ATIPSOM 2007 yang dilakukan oleh JTK.

              Berkas  penyidikan  selanjutnya  akan  diserahkan  kepada  wakil  jaksa  penuntut  umum  untuk
              diperiksa dan diputuskan.

              "(Operasi) ini dengan jelas menunjukkan bahwa negara tidak akan pernah berkompromi dalam
              masalah kerja paksa terlepas dari kebangsaan pekerja yang terlibat.".



































                                                           223
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229