Page 88 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 FEBRUARI 2019
P. 88
Melalui kejuruan fashion technology, menurut Hanif, siswa dikenalkan dengan
berbagai bentuk kreasi untuk memahami pola konsumsi fesyen masyarakat sehari-
hari. Sehingga mereka dapat menghasilkan produk yang sesuai tren di masyarakat.
"Selama manusia ingin masih ingin memakai baju, maka industri fashion akan selalu
hidup. Sehingga peluang kerja kedepannya sangat lebar. Tinggal bagaimana
mengembangkan inovasi dan kreatifitas," ujar Hanif.
Dijelaskan Menaker, dari 16 subsektor industri kreatif, industri fesyen menempati
urutan ketiga setelah subsektor kuliner dan kriya. "Industri fesyen menyumbang
devisa negara sebanyak 8,2 miliar dolar AS atau Rp 122 triliun dan fesyenn juga
menempati urutan kedua produk terlaris di e-Commerce," ungkap Hanif.
Selain itu, Menaker berpesan kepada peserta pelatihan supaya jangan terlena
dengan keterampilan yang dimiliki. "Kalau kita punya skill hari ini bukan berarti
aman, karena skill kita bisa berarti tidak relevan suatu saat nanti," katanya.
Perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat keterampilan yang diperlukan
juga berubah dengan cepat. "Jangan merasa aman, harus terus meningkatkan
kompetensi," ucap Hanif.
Oleh karena itu, untuk memfasilitasi pekerja kelas bawah yang ingin meningkatkan
skill, Menaker meminta BBPLK Semarang untuk membuka kelas Sabtu-Ahad dan
kelas malam. Dengan demikian mereka mendapat akses yang baik guna
meningkatkan skill yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan pekerjaan
mereka.
Untuk diketahui, pelatihan di BLK tidak ada batasan usia dan pendidikan. Artinya
lulusan apa saja dan usia berapa saja dapat mengikuti pelatihan. Selain itu, untuk
peserta dari luar kota juga dapat mengikuti pelatihan melalui Program Boarding
dimana akomodasi selama pelatihan akan ditanggung oleh pemerintah alias gratis.
Page 87 of 107.