Page 128 - e-Kliping Ketenagakerjaan 16 Januari 2019
P. 128

prosedur yang ada. Selain itu, jelas dia, juga terdapat hal-hal lain yang membuat

               perusahaan  harus  melakukan  PHK  terhadap  para  AMT  tersebut  karena  kewajiban
               karyawan  dinilai  tidak  berjalan  semestinya.  "Jadi  bagaimana  mungkin  bisa

               dipertahankan?" ujarnya.


               Lebih jauh ia mengatakan, dalam proses PHK ini PT GUN telah melakukan tindakan

               yang  disyaratkan  dan  diatur  dalam  peraturan  perusahaan,  Undang-Undang

               Ketenagakerjaaan  dan  peraturan-peraturan  lain  terkait  tenaga  kerja.  "Kami  telah
               melaksanakan kewajiban menurut hukum terhadap mantan karyawan kami terkait

               dengan PHK itu," tegasnya.



               Sekadar diketahui, sebelumnya, ketika PT SSS telah berakhir kontrak kerjanya dengan
               Pertamina Patra Niaga, penyediaan tenaga outsourcing sopir tangki dilanjutkan oleh

               PT GUN. Seluruh tenaga outsourcing sopir tangki tersebut termasuk yang melakukan

               aksi demo bahkan diberikan pesangon, walau dalam perjanjian kerja dengan mereka

               tidak ada kewajiban itu.


               Ketika peralihan vendor dari PT SSS ke PT GUN, para mantan sopir tangki juga diberi

               kesempatan  untuk  kembali  menjadi  sopir  tangki  BBM  dan  menjadi  pekerja  tanpa
               terbatas waktu atau bukan lagi kontrak dua tahunan seperti sebelumnya. Namun,

               sekitar 100 orang sopir menolak dan bahkan menuntut diangkat menjadi tenaga kerja

               tetap Pertamina.




























                                                      Page 127 of 162.
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133