Page 21 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 02 APRIL 2019
P. 21

Pub. Date     01 April 2019
                              https://kabarbisnis.com/read/2890430/jangan-sembarangan-bermedsos-peru sahaan-
                Page/URL
                              bisa-intip-akun-dalam-rekrut-pekerja
                Media Type    Pers Online
                Sentiment     Positive







               Masyarakat diminta untuk lebih berhati-hati dan bijak menggunakan media sosial.
               Pasalnya, saat ini banyak perusahaan yang menjadikan akun media sosial sebagai
               salah satu aspek penilaian dalam rekrutmen tenaga kerja.

               Hal  itu  diungkapkan  Menteri  Ketenagakerjaan  M  Hanif  Dhakiri  saat  menjadi
               narasumber Dialog Sosial Serikat Pekerja/Serikat Buruh di Bekasi, akhir pekan lalu.

               "Para pelamar nantinya diwajibkan mencatumkan akun media sosial untuk diperiksa,"
               ujarnya.

               Oleh karena itu, kata Hanif, bila tidak bijak dalam media sosial, bisa jadi penghambat
               karier.  "Kalau  media  sosialnya  dipakai  untuk  ngumpat  orang,  mengeluh,  itu  bisa
               mengganggu perjalanan karier-nya," ujar Hanif.

               Hanif pun menegaskan bahwa pola tersebut telah ia terapkan di Kemnaker untuk
               menyeleksi pejabat. Selain tes tertulis dan wawancara, panitia seleksi juga menilai
               akun media sosial calon pejabat.

               "Jadi  walaupun  tes  tertulis  nilainya  100,  wawancara  nilainya  1.000,  tapi  media
               sosialnya isinya negatif, ke laut saja," ujarnya.

               Dalam kesempatan itu, Hanif juga mengajak seluruh stake holder ketenagakerjaan
               untuk bersama-sama membangun dunia ketenagakerjaan. Setidaknya, ada 3 aspek
               yang harus menjadi perhatian seluruh pihak.

               Pertama, ekosistem ketenagakerjaan. Perbaikan ekosistem ketenagakerjaan sangat
               diperlukan. Mengingat 3 dari 10 hambatan investasi ada pada sektor ketenagakerjaan.

               "Bagaimana membuat ekosistem ini tidak rigit, bisa fleksibel sesuai dengan perubahan
               dunia," kata Hanif.

               Kedua,  penguatan  akses  peningkatan  skill.  Baik  untuk  skilling  (pelatihan
               keterampilan),  up  skilling  (peningkatan  keterampilan),  maupun  re-skilling  (alih
               keterampilan).

               "Itu kan providernya bisa tempat pelatihan pemerintah, bisa swasta seperti LPK, atau
               training centre industri," ujarnya.





                                                       Page 20 of 62.
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26