Page 56 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 SEPTEMBER 2021
P. 56

MENAKER: TBC, TANTANGAN UNTUK PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN RI

              Berdasarkan  Global TB  Report  World  Health  Organization  (WHO)  atau  Organisasi  Kesehatan
              Dunia tahun 2020, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi ke-2 di dunia di
              bawah India. Diestimasikan terdapat 845.000 kasus TBC baru setiap tahunnya, dengan angka
              kematian mencapai 98.000 atau setara dengan 11 kematian per jam.

              Hal  ini  disampaikan  oleh  Menteri  Ketenagakerjaan  Republik  Indonesia  (Menaker  RI)  Ida
              Fauziyah, lewat sebuah video yang diputar dalam Zoom di webinar bertajuk "Eliminasi Penyakit
              Tuberkulosis 2030 dengan Implementasi Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021", yang disiarkan
              langsung melalui kanal YouTube YARSI TV pada Rabu, (29/9).

              "TBC  juga  merupakan  tantangan  untuk  pembangunan  ketenagakerjaan  di  Indonesia,"
              ungkapnya.

              Sedangkan, kata Ida, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
              (Kemenkes) tahun 2018 menunjukkan 75% pasien TBC adalah kelompok usia produktif yang
              berusia 15 sampai 54 tahun.

              Ia menambahkan, selain itu, penelitian dari Kemenkes juga menunjukkan bahwa lebih dari 25%
              pasien TBC dan 50% pasien TBC resistance obat beresiko kehilangan pekerjaan mereka karena
              penyakit ini. Menurunnya produktivitas atau kehilangan pekerjaan akibat kecacatan, pengeluaran
              biaya medis dan biaya langsung non-medis seperti biaya transportasi serta nutrisi berkontribusi
              pada beban ekonomi rumah tangga orang dengan TBC.

              "Kesulitan  ekonomi  yang  secara  langsung  dan  tidak  langsung  diakibatkan  oleh  TBC,
              menimbulkan halangan akses terhadap diagnosis dan pengobatan, yang ini dapat memperburuk
              hasil pengobatan serta meningkatkan resiko penularan infeksi di masyarakat. Situasi ini tentu
              menghambat sejumlah tujuan pembangunan di bidang kesehatan pada tingkat global, nasional
              dan regional sesuai tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs," tutur Ida.
              "Situasi ini adalah tantangan kolektif yang tentu saja membutuhkan perhatian pada aspek sosio
              ekonomi,  seperti  perlindungan  sosial,  pengendalian  kepadatan  penduduk,  polusi  udara,
              kekurangan gizi, stigma dan diskriminasi terhadap pasien dan keluarganya serta pencegahan
              dan pengendalian di transportasi. Intervensi untuk menangani aspek sosial dan ekonomi epidemi
              TBC  ini  membutuhkan  penyesuaian  paradigma  dari  penanganan  yang  berpusat  pada  pasien
              secara individu ke konteks sosial yang lebih luas," imbuhnya.



























                                                           55
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61