Page 334 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 APRIL 2021
P. 334

MENAKER: RPP SOAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN AWAK KAPAL TELAH
              SELESAI DIHARMONISASI
              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah pemerintah tengah menyelesaikan aturan turunan dari
              Undang-Undang  Nomor  18  Tahun  2017  tentang  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia  (UU
              PPMI), khususnya Peraturan Pemerintah (PP) untuk penempatan dan perlindungan awak kapal
              niaga maupun perikanan yang bekerja di kapal berbendera asing.

              Ida mengatakan, saat ini Rancangan Peraturan Pemerintah terkait penempatan dan pelindungan
              awak kapal tersebut telah selesai diharmonisasi dan telah diajukan ke Sekretariat Negara.

              Dia berharap, adanya aturan ini membuat perlindungan Anak Buah Kapal (ABK) menjadi lebih
              lengkap/paripurna mulai dari sebelum, selama, dan setelah bekerja. Selain itu, tidak ada lagi
              permasalahan     dualisme    perizinan,   lemahnya    pendataan     dan   koordinasi    antar
              Kementerian/Lembaga  terkait,  rendahnya  kompetensi  awak  kapal perikanan,  serta  lemahnya
              pengawasan.
              "Substansi pada Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pelindungan Awak Kapal, yang mana
              rujukan  pengaturannya  kita  ambil,  baik  dari  instrumen  internasional,  yaitu  Konvensi  ILO
              mengenai maritim (Maritime Labour Convention) dan Konvensi ILO Nomor 188 mengenai Pekerja
              di Sektor Perikanan, serta aturan perundang-undangan nasional terkait lainnya, seperti di bidang
              pelayaran, kepelautan, serta perikanan," ujar Ida dalam keterangan tertulis, Rabu (14/4).

              Penyelesaian  PP  ini  pun  menjadi  salah  satu  upaya  perbaikan  tata  kelola  penempatan  dan
              perlindungan anak buah kapal (ABK) yang bekerja di kapal berbendera asing. Pasalnya, Pekerja
              Migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai ABK masih rentan menjadi korban eksploitasi.

              "Pemerintah  telah  dan  terus  berupaya  untuk  melakukan  langkah-langkah  pembenahan
              perlindungan bagi awak kapal perikanan yang memang secara karakteristik lebih rentan terhadap
              tindak eksploitasi," ujar Ida.
              Tak  hanya  itu,  Ida  juga  menyebut  Kemnaker  terus  melakukan  pembinaan  dan  pengawasan
              kepada  perusahaan  penempatan  pekerja  migran,  termasuk  yang  menempatkan  awak  kapal
              perikanan, guna memastikan perusahaan ini dalam operasionalnya tidak melakukan pelanggaran
              aturan.
              Sementara  itu,  kepala  BP2MI,  Benny  Rhamdani,  menyatakan  bahwa  pokok  permasalahan
              sulitnya penanganan ABK perikanan di Indonesia, yakni muaranya adalah ketidakjelasan tata
              kelola  penempatan  ABK.  Hal  ini  dikarenakan  masih  terdapatnya  tumpang  tindih  dalam
              memberikan izin penempatan bagi awak kapal yang ingin bekerja di kapal berbendera asing.

              "Kami  punya  harapan  dari  UU  No.18  Tahun  2017  dan  peraturan  turunan  dari  UU  ini,  akan
              memberikan jawaban yang pasti bagi tata kelola baik bagi tata kelola maupun pelindungan bagi
              awak ABK perikanan Indonesia. Kuncinya adalah jika sistem sudah kita buat dan diperkuat, maka
              kolaborasi  dan  koordinasi  menjadi  penting  dalam  menangani  masalah  awak  kapal  perikanan
              Indonesia," ujar Benny.














                                                           333
   329   330   331   332   333   334   335   336   337   338   339