Page 123 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 AGUSTUS 2021
P. 123
MENAKER MINTA ASEAN LINDUNGI PEKERJA PEREMPUAN KALA PANDEMI
Jakarta - Kementerian Ketenagakerjaan menyerukan agar negara-negara anggota ASEAN
memberikan perhatian khusus terhadap isu perlindungan perempuan di kawasan Asia Tenggara,
terlebih pada masa pandemi.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebut, isu perlindungan, pemberdayaan perempuan,
serta kesetaraan gender semestinya menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya pemulihan
kondisi sosial ekonomi dari krisis pandemi. Ketiga hal itu sekaligus menjadi wujud komitmen
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Global (Sustainabale Development Goals/SDGs) tentang
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
"Ini suatu cara yang tepat untuk meningkatkan peran dan pelindungan angkatan kerja
perempuan dalam mendukung pemulihan ekonomi selama masa pandemi," kata Ida di Jakarta
pada Minggu (29/8).
Seruan itu juga sebagai bentuk tindak lanjut pemerintah terhadap Lokakarya Regional ASEAN
Peningkatan Peran dan Perlindungan Perempuan Angkatan Kerja untuk Mendukung Pemulihan
Ekonomi di Masa Pandemi, yang dilaksanakan pada Kamis (26/8) secara hybrid.
Menurut Ida, sebagai salah satu kelompok rentan pada masa pandemi, peningkatan kesadaran
tentang peran dan perlindungan perempuan harus diperhatikan oleh para pemangku
kepentingan ketenagakerjaan, termasuk penyusunan langkah peningkatan terkait.
"Perlu adanya kerja sama antara negara anggota ASEAN dengan mitra sosial lainnya untuk
meningkatkan peran pelindungan angkatan kerja perempuan, serta mewujudkan upaya konkrit
ASEAN terhadap pencapaian target SDG terkait isu kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan," kata Ida.
Sebelumnya, Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO (International Labour Organization)
melaporkan bahwa pekerja perempuan di kawasan Asia Pasifik terdampak krisis pandemi secara
tidak proposional. Artinya, persentase perempuan yang kehilangan pekerjaan tercatat lebih besar
dibandingkan laki-laki.
ILO menyebut, 297 juta perempuan bekerja di sektor berisiko tinggi di Asia dan Pasifik pada
2019. Angka ini setara dengan 43,3 persen pekerjaan perempuan, dibandingkan dengan 37,6
persen untuk semua pekerja.
"Berbagai alasan menyebabkan kerugian bagi pekerja perempuan, sebab sebagian besar
perempuan di kawasan Asia Pasifik bekerja di sektor-sektor yang sangat terpengaruh oleh krisis,"
ujar Ida.
122