Page 331 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 AGUSTUS 2021
P. 331
Ketiga perempuan asal Sumatera ini awalnya diimingi bekerja di sebuah toko oleh AS (25) dan
SR (22). Sesampai Jakarta, ketiganya malah dijadikan sebagai pekerja seks komersial (PSK).
AS dan SR diduga sebagai mucikari. Keduanya menawarkan jasa layanan seks melalui aplikasi
michat. Dua mucikari ini menawarkan ketiga perempuan dengan tawaran harga bervariasi
dengan nilai ratusan ribu rupiah.
Keduanya diringkus Unit Reskrim yang dipimpin Kanit Reskrim Ipda Surya Abdul Fitri di sebuah
kontrakan Kampung Cipari, Desa Ciakar, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.
"Kasus itu terungkap saat anggota melaksanakan observasi dan mendapatkan informasi
mengenai praktik prostitusi online," kata Kapolsek Panongan AKP Kresna Aji Perkasa melalui
Kanit Reskrim Ipda Surya Abdul Fitri saat dihubungi Posko-ta, Jumat (27/8/2021).
"Ini tindakan perdagangan manusia juga," tambahnya.
Dia menjelaskan, tersangka AS awalnya mencari perempuan yang tinggal di wilayah Lampung
untuk ditawari pekerjaan sebagai penjaga toko.
Ternyata tawaran AS menjadi penjaga toko hanyalah akal-akalan tersangka AS. Sebab saat tiba
di Tangerang, perempuan yang berhasil dibawanya dipaksa menjalani praktik prostitusi.
"Tersangka mempekerjakan wanita yang dibawanya dengan iming-iming bekerja di toko, tetapi
pada akhirnya menjadi pekerja seks. Mereka bekerja dengan ancaman kekerasan," terangnya.
Tersangka AS juga membatasi akses komunikasi anak buahnya. Setiap hari ketiganya dipaksa
melayani para lelaki hidung belang. "Praktik prostitusi online yang dijalankan tersangka AS
menggunakan aplikasi Michat," ujarnya.
Dalam menjalankan aksinya, tersangka AS dibantu tersangka SR. Petugas kemudian melakukan
penyamaran guna mengungkap kasus itu.
Tersangka SR menyediakan tempat kontrakan bagi pria hidung belang. Saat melakukan
penangkapan, polisi juga mendapati 3 orang perempuan. Ketiga perempuan itu mengaku
dipaksa melayani pria hidung belang di bawah ancaman kekerasan.
"Salah satu perempuan mengalami memar lantaran dihantam gagang pisau oleh para tersangka.
Bahkan uang milik korban diambil para tersangka," paparnya.
Atas perbuatannya, para tersangka dijerat Pasal 296 dan 506 KUHPidana dan atau Pasal 27 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11
tahun 2018 tentang ITE.
Sementara itu, polisi juga mengamankan barang bukti berupa kondom bekas pakai, uang
sebesar Rp 1,5 juta, dan 1 unit telepon genggam. Kasus ini masih terus didalami untuk
mengungkap jaringan lainnya. (Muhammad lqbal)
330