Page 382 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 AGUSTUS 2021
P. 382

Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Indah
              Anggoro Putri mengatakan, Kepmenaker Nomor 104 Tahun 2021 mencakup tiga hal. Pertama,
              pelaksanaan sistem kerja dari rumah atau Work From Home (WFH) dan bekerja di kantor/tempat
              kerja atau Work From Office (WFO). Kedua, pelaksanaan upah dan hak-hak pekerja lainnya.

              "Dalam Kepmenaker tersebut, kita sampaikan acuan atau pedoman bagi pengusaha dan pekerja
              yaitu pengusaha yang memberlakukan sistem kerja WFH tetap wajib membayar upah," ujarnya.

              Sedangkan  untuk  WFO,  harus  diatur  persentase  pekerja  yang  bekerja  secara  WFO,  serta
              pengaturan  shifting  atau  pembagian  waktu  kerja  dan  hari  kerja  dalam  satu  bulan  secara
              bergiliran.

              "Jam kerja juga diatur dengan sebaik-baiknya dengan mengutamakan mereka yang sehat. Bagi
              ibu hamil atau rentan sakit agar bekerja dari rumah saja," tutur Dirjen Putri.

              Dalam  Kepmenaker  Nomor  104  Tahun  2021  ini  juga  dijelaskan  mengenai  perusahaan  yang
              terpaksa merumahkan pekerja karena dampak pandemi Covid-19. Di mana pekerja/buruh tetap
              berhak atas gaji/upah saat dirumahkan. "Lalu perusahaan yang secara finansial tidak mampu
              membayar upah bagi para pekerja, maka pengusaha dan pekerja dapat membuat kesepakatan
              penyesuaian upah," katanya.

              Dirjen Putri menambahkan, perhitungan iuran manfaat jaminan sosial bagi pekerja, pesangon,
              dan hak-hak lain bagi pekerja, yang dihitungkan dengan upah, maka harus mengacu kepada
              upah sebelum penyesuaian.

              Adapun,  ruang  lingkup  ketiga  yang  diatur  dalam  Kepmenaker  104  Tahun  2021  adalah
              pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

              Ditegaskan dalam Kepmenaker ini, PHK adalah jalan terakhir dan satu-satunya yang bisa diambil
              jika pandemi Covid-19 berdampak terhadap keberlangsungan usaha. "Tetapi PHK harus jalan
              paling akhir kalau sudah dilakukan upaya-upaya lain kemudian tidak ada jalan lain maka terpaksa
              PHK, namun harus suatu keputusan bersama antara pengusaha dan pekerja," kata Dirjen Putri
              menegaskan.

              Dia memberi catatan, jika PHK terpaksa dibuat karena ketidakmampuan finansial perusahaan,
              maka harus dibuktikan dengan laporan finansial perusahaan bahwa perusahan tersebut sudah
              tidak mampu.

              "Dalam dialog bipartit dengan putusan PHK kiranya melibatkan dinas ketenagakerjaan setempat.
              Dan jangan lupa hak-hak pekerja ini harus tetap diberikan walaupun perusahaan itu bangkrut,"
              ujarnya. CM





















                                                           381
   377   378   379   380   381   382   383   384   385   386   387