Page 50 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 JANUARI 2020
P. 50
KOMPETITIF MENGHADAPI ROBOT
Penggunaan teknologi mulai dari kecerdasan buatan hingga robotik akan mengisi revolusi
industri 4.0. Para pekerja pun harus bersiap menghadapi hal tersebut. Sebab jika tidak, mereka
bisa terpinggirkan di tengah kompetisi ini.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah pernah mengingatkan era revolusi industri 4.0 ditandai
dengan peningkatan pemakaian teknologi digital di banyak jenis usaha. Dia menyebut industri
padat karya akan digantikan dengan mesin, proses otomatisasi juga bakal masif
diimplementasikan.
Sebelum Ida, banyak studi dan lembaga riset mengemukakan hal tersebut. World Economic
Forum dalam laporannya bertajuk The Future ofJobs 2020 memperkirakan sebanyak 85 juta
pekerjaan bakal manusia akan digantikan oleh mesin, diiringi dengan 95 juta pekerjaan baru
yang adaptif akan muncul.
Laporan lain dari Mckinsey & Company memperkirakan sebanyak 23 juta pekerjaan di Indonesia
akan hilang pada 2030 seiring dengan terjadinya otomatisasi.
Namun, ada potensi 10 juta pekerjaan baru dan total 36 juta pekerjaan karena perkembangan
ekonomi pada tahun yang sama.
Proyeksi tersebut juga diamini oleh Technical Officer, Skill Development Programme International
Labour Organization (ILO) Jakarta Tauvik Muharpad. Menurutnya digitalisasi dan revolusi industri
4.0 memiliki dua sisi, ancaman yang perlu diantisipasi dan peluang yang perlu dimaksimalkan.
Tauvik menuturkan ancaman yang paling nyata adalah hilangnya pekerjaan yang memanfaatkan
teknologi digital. Hal tersebut mungkin menyebabkan pengangguran baru termasuk pada
kelompok generasi muda.
Di sisi lain, penggunaan teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan dan robotisasi memberi
peluang bagi penciptaan pekerjaan-pekerjaan baru berbasis digital. Pekerjaan ini menyarankan
keahlian dan kualifikasi tertentu terkait keterampilan digital.
"Industri ditantang dapat menyesuaikan dan menjawab kebutuhan pasar terkait keterampilan
digital dan skill yang relevan. Ini sesuai dengan rekomendasi ILO yang mendorong peningkatan
kapasitas sumber daya manusia dan pembelajaran seumur hidup untuk memberikan akses bagi
pekerjaan yang layak," ujarnya.
Dari sisi pekerja, lanjut Tauvik, guna menjawab risiko kehilangan dan implikasi digitalisasi
industri, pekerja melalui Serikat Pekerja dapat menyuarakan kepentingannya untuk mendorong
perusahaan melakukan skilling, reskilling, dan upskilling.
Termasuk di dalamnya adalah pelatihan berbasis pekerjaan yang dibutuhkan, baik hard skill
terkait keterampilan digital tertentu maupun soft skill seperti kerja sama tim, kemampuan
memecahkan masalah, dan keterampilan komunikasi.
Senada, Chief Executive Education Officer di University of Michigan Ross School of Business,
Melanie Weaver Barnett, menuturkan bahwa kombinasi antara hard skill dan soft skill penting
dimiliki pada masa mendatang.
Menurut studi yang dilakukan oleh lembaga itu, 60% responden mengatakan kreativitas
merupakan keterampilan paling penting bagi pemimpin usaha. Skill lainnya adalah kecerdasan
digital (53%), fleksibilitas (53%) perencanaan jangka panjang (51%), dan optimisme (50%).
49