Page 146 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 DESEMBER 2020
P. 146

TUNTUT UU CIPTAKER DIBATALKAN,BURUH ANCAM MOGOK NASIONAL

              Buruh  bakal  melakukan  aksi  mogok  kerja  nasional  bila  Undang-Undang  No.  11  tahun  2020
              tentang Cipta Kerja (Ciptaker) tidak mendapat pembatalan dari Mahkamah Konstitusi (MK). Oleh
              karena itu para buruh bakal terus memantau perkembangan yang terjadi terkait judicial review
              (JR) yang diajukannya di MK.

              "Bila dalam proses-prosesnya ditemukan kejanggalan, ada 3 hakim MA, 3 hakim DPR dan 3
              hakim pemerintah, ada keberpihakan pada pembuat UU  dalam hal ini DPR dan pemerintah,
              nggak berpihak pada rasa keadilan, kita akan lakukan mogok kerja nasional. Resmi diumumkan
              stop  produksi  tapi  dilalui  dengan  mekanisme  berunding,"  ujar  Presiden  Konfederasi  Serikat
              Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/12/2020).

              Namun, sambung Said, jika yang terjadi sebaliknya, yakni adanya pembatalan UU Ciptaker maka
              mogok kerja nasional itu batal terjadi. Keputusan itu bakal hadir setelah melewati sejumlah
              proses  persidangan.  Rabu  (16/12/2020)  persidangan  sudah  memasuki  sidang  ketiga  dalam
              rangka judicial review di MK. Persidangan bakal mulai sejak pukul 14.00 WIB.

              "Dalam  pokok  perkara,  kami  meminta  adanya  perbaikan  yaitu  terhadap  dua  hal,  yakni  hak
              konstitusional serta hak ekonomi yang dirugikan terhadap pemohon. Dalam hal ini, buruh kami
              merangkumnya dalam 69 pasal yang digugat di klaster ketenagakerjaan. Kami rangkum lagi
              dalam 12 isu perburuhan yang menjadi pasal-pasal gugatan," jelasnya.

              Said  menyebut  memasukkannya  pada  12  isu  utama,  9  isu  prioritas,  49  pasal  dan  69
              permasalahan. Sebanyak 12 isu utama tersebut adalah adalah lembaga tenaga kerja asing (5
              permasalahan), perjanjian kerja waktu tertentu atau PKWT (6 permasalahan), pekerja alih daya
              atau outsourcing (3 permasalahan).

              Selain  itu  persoalan  waktu  kerja  (3  permasalahan),  cuti  (1  permasalahan),  upah  dan  upah
              minimum (17 permasalahan), pemutusan hubungan kerja atau PHK (3 permasalahan), pesangon
              (15  permasalahan),  penghapusan  sanksi'pidana  (4  permasalahan),  pelatihan  kerja  (3
              permasalahan), pelaksana penempatan tenaga kerja (1 permasalahan) dan jaminan sosial (8
              permasalahan). Adapun 9 isu prioritas adalah 9 poin awal.


              Sebelumnya, Said mengaku ada keraguan proses JK UU Ciptaker di MK. Setidaknya, ada dua
              alasan buruh ragu terhadap putusan MK terhadap JR UU Cipta Kerja. Pertama, dari komposisi
              sebagian hakim MK yang dianggap murni pilihan pemerintah dan parlemen. Saat ini Hakim MK
              tiga diusulkan DPR, tiga diusulkan pemerintah dan tiga lainnya oleh Mahkamah Agung (MA).

              "Melihat komposisi itu, rasanya agak berat dari DPR dan pemerintah," paparnya.

              Kedua,  para  buruh  melihat  MK  cenderung  tidak  mengabulkan  permohonan  para  pemohon
              apabila  berkaitan  dengan  pembahasan  nilai.  Hal  tersebut,  kata  Said,  sudah  terbukti  dalam
              beberapa kasus sebelumnya.
              "Besok adalah hari penentu apakah buruh akan meletakkan rasa keadilan terhadap kepercayaan
              hakim MK, atau buruh kembali melakukan aksi perlawanan karena rasa keadilan tidak didapatkan
              dari proses judicial review," jelasnya.

              Safari








                                                           145
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151