Page 185 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 DESEMBER 2020
P. 185

PHK DAN PESANGON MENJADI FOKUS PEMBAHASAN RPP TURUNAN UU CIPTA
              KERJA
              -  Pemerintah  kini  sedang  membahas  sejumlah  rancangan  peraturan  pemerintah  (RPP)  yang
              menjadi turunan dari UU Cipta Kerja. Salah satunya terkait ketenagakerjaan. Dalam pembasasan
              RPP ketenagakerjaan,  persoalan  pesangon  dan pemutusan  hubungan  kerja  (  PHK  ) menjadi
              konsentrasi.

              "Kita di lapangan banyak mengamati dan memberikan masukan-masukan RPP ke konfederasi
              untuk  dilakukan  perubahan  ke  pemerintah.  UU  Cipta  Kerja  klaster  Ketenagakerjaan  lebih
              memberikan kepastian dan perlindungan ke pekerja," kata Ketua Biro Konseling dan Advokasi
              Serikat Pekerja Indofarma Tri Okta Sulfa Kimiawan saat webinar 'Implementasi Skema Baru PHK
              dan Pesangon dalam UU Cipta Kerja' Minggu (13/12).

              Adapun RPP klaster ketenagakerjaan digodok bersama serikat buruh, Kadin, dan, pemerintah.
              Pembahasan itu termasuk revisi PP Nomor 78/2015 tentang pengupahan.
              Menurut Tri Okta Sulfa, saat ini publik menanti RPP yang menjadi aturan turunan UU Cipta Kerja,
              terutama  Klaster  Ketenagakerjaan.  Di  dalam  RPP  tersebut  terdapat  banyak  perhatian,  di
              antaranya tentang PHK dan pesangon.

              Berdasar  data  Kementerian  Ketenagakerjaan,  kata  Tri  Okta,  pada  2019  hanya  27  persen
              pengusaha  yang  memenuhi  pembayaran  kompensasi  sesuai  dengan  ketentuan  UU  13/2003.
              Sisanya,  73  persen  tidak  melakukan  pembayaran  kompensasi  PHK  sesuai  dengan  UU
              Ketenagakerjaan.

              Bahkan,  laporan  World Bank  yang  mengutip  data  Survei  Angkatan  Kerja  Nasional  BPS  2018
              menyatakan bahwa 66 persen pekerja sama sekali tidak mendapat pesangon sesuai aturan; 27
              persen pekerja menerima pesangon kurang dari yang seharusnya diterima; dan 7 persen pekerja
              menerima pesangon sesuai dengan ketentuan.
              Dengan  fakta  tersebut,  Tri  Okta  menegaskan,  upaya  yang  harus  dilakukan  tidak  sekadar
              memperbaiki  regulasi.  Lebih  penting  lagi  adalah  edukasi  dan  sosialisasi  kepada  pengusaha.
              Mereka  diminta  untuk  patuh  dalam  pembayaran  pesangon  pekerja  sesuai  ketentuan  yang
              berlaku.
              "UU Cipta Kerja menjadi angin segar dan mampu menjadi solusi dari masalah pesangon sehingga
              memberikan kepastian pembayaran pesangon bagi pekerja di sektor apapun. Meskipun jumlah
              pesangonnya  lebih  kecil,  dari  32  menjadi  25  kali  gaji,  tapi  ini  lebih  pasti  untuk  melindungi
              pekerja," terangnya.

              Pesangon adalah kewajiban pengusaha. Cepat atau lambat, pesangon harus dibayarkan. UU
              Cipta Kerja hadir untuk menata aturan ketenagakerjaan di Tanah Air menjadi lebih baik.

              UU Cipta Kerja diyakini mampu meningkatkan iklim usaha yang kondusif, menciptakan lapangan
              kerja baru, dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Tentunya tanpa mengabaikan hak-hak
              pekerja yang semestinya.

              "Artinya Pemerintah berkomitmen memastikan pembayaran PHK dan kita berharap perusahaan
              tidak boleh abai terhadap pesangon yang telah menjadi hak para pekerja dalam melakukan PHK,"
              terang pengajar UBK itu.

              Sebelumnya,  UU  Ketenagakerjaan  membedakan  jenis  dan  banyaknya  kompensasi  yang
              didapatkan pekerja. Dulu pekerja yang mengundurkan diri secara sukarela tidak berhak atas
              uang pesangon.


                                                           184
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190