Page 19 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 SEPTEMBER 2019
P. 19

Mesin truk hancur jadi beberapa keping, sedangkan dua korban terkubur material.
               Warga dibantu petugas kepolisian melakukan pencarian dengan alat berat. Proses
               pencarian sekitar satu jam lebih. Korban ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
               Sebagian tubuh mengalami luka parah, baik dalam maupun luar. Diduga kaki dan
               tangannya patah. Wajahnya tertutupi tanah.

                Jenazah korban sempat dibaringkan di lokasi kejadian sembari menunggu ambulans
               dari Puskesmas Kecamatan Rendang. Seorang warga Pempatan, Nengah Arta,
               mengatakan warga yang bekerja mengosek biasanya istirahat di bawah tebing.
               Untungnya, saat longsor tak ada masyarakat yang berada di bawah tebing.
               Sebagian buruh pengosek juga meliburkan diri kemarin lantaran sembahyang di
               Pura Besakih.


                "Kalau seandainya banyak yang bekerja, mungkin ceritanya berbeda. Warga yang
               bekerja di sini ada puluhan orang. Rata-rata yang sudah berkeluarga. Ini memang
               sudah takdir, tidak bisa dihindari," ungkap Arta.


                Kapolsek Rendang, AKP Made Sudartawan, menyatakan kejadian longsor ini murni
               bencana alam. Kemarin, kedua korban sudah dibawa langsung ke Setra Desa Adat
               Besakih.


                "Sesuai tradisi di Desa Adat Besakih, korban yang meninggal lantaran bencana
               harus dibawa langsung ke setra. Tidak boleh dibawa ke rumah," jelas Sudartawan.


                Tak Enak Badan

               Sementara itu, suasana duka sangat terasa di lokasi longsor. Isak tangis terdengar
               dari kedua keluarga korban bahkan seorang anak korban beberapa kali berteriak
               histeris sembari memeluk jenazah ibunya.

                Komang Bagia, keluarga Wayan Gumbreg mengatakan, sebelum kejadian bibinya
               mengaku tidak enak badan sejak tiga hari lalu. Tapi, wanita satu anak ini tetap
               memaksakan diri bekerja dengan berjalan kaki ke lokasi. Hampir semua keluarga
               sempat menyarankan Wayan Gumbreg istirahat hingga kondisinya kembali
               membaik.

                Tapi korban memengkung (nekad), dan tetap bekerja untuk penuhi kebutuhan
               anaknya yang masih berusia sekitar 9 tahun. Wayan Gumbreg dan Nyoman Dadi
               sudah lama bekerja sebagai buruh pengosek. Mereka bekerja untuk penuhi
               kebutuhan tiap hari keluarga.

                Wayan Gumbreg yang baru cerai sebulan berjuang seorang diri demi sang anak.
               Kini sang anak pun berstatus yatim piatu. Sedangkan Nyoman Dadi maburuh untuk
               kebutuhan istri dan anaknya. Untuk diketahui, upah dari menjadi buruh pengosek
               yakni sekitar Rp 15 ribu sampai 20 ribu per truk. Biasanya satu truk terdapat dua
               orang pengosek.







                                                       Page 18 of 73.
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24