Page 214 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 APRIL 2021
P. 214

BPJS KESEHATAN-KEMENAKER SINERGI DATA PERLUASAN PESERTA JKN

              Sebagai upaya perluasan kepesertaan dan kepatuhan badan usaha (BU), BPJS Kesehatan akan
              mengoptimalkan integrasi data dan aplikasi Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan (WLKP)
              dengan aplikasi Perluasan Kepesertaan Pekerja Penerima Upah Badan Usaha (PPU BU) milik BPJS
              Kesehatan.

              "Optimalisasi aplikasi WLKP saat ini diharapkan dapat memastikan seluruh badan usaha dan
              pekerjanya terdaftar dalam Program JKN-KIS. Dengan kata lain pekerja akan terjamin akses
              layanan kesehatannya. Saat ini, masih sering kami temui ketidakpatuhan pemberi kerja dalam
              menyediakan jaminan kesehatan bagi para pekerjanya," kata Direktur Utama BPJS Kesehatan
              Ali Ghufron Mukti saat pertemuan dengan Menteri Ketenagakerjaan RI Ida Fauziyah dan jajaran
              Direksi BPJS Kesehatan, Kamis (15/4).

              Ghufron berharap dengan segera diimplementasikan sinergi aplikasi WLKP ini diharapkan dapat
              menyisir  data-data  potensial  ketenagakerjaan,  khususnya  dalam  hal  kepatuhan  terhadap
              Program JKN-KIS. Ghufron berharap dukungan yang solid dari Kementerian Ketenagakerjaan
              (Kemenaker) dapat mewujudkan Program JKN-KIS yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat
              Indonesia termasuk pekerja.

              Sementara  itu  Direktur  Pengawasan,  Pemeriksaan  dan  Hubungan  Antar  Lembaga  BPJS
              Kesehatan,  Mundiharno  mengungkapkan  sepanjang  tahun  2020,  terdapat  1.094  laporan
              ketidakpatuhan pemberi kerja atau Badan Usaha kepada Pengawas Ketenagakerjaan di tingkat
              daerah  yang  kemudian  ditindaklanjuti  dengan  pemeriksaan  bersama  antara  BPJS  Kesehatan
              dengan Kemenaker.

              "Ketidakpatuhan Badan Usaha tersebut antara lain, ketidakpatuhan pendaftaran, ketidakpatuhan
              penerimaan  piutang  tahun  berjalan  dan  ketidakpatuhan  penerimaan  piutang  carry  over.
              Ketidakpatuhan  ini,  selain  berdampak  terhadap  kesejahteraan  para  pekerja  juga  berdampak
              terhadap  keberlangsungan  Program  JKN-KIS,"  ujar  Mundiharno  Mundiharno  manambahkan,
              berbagai upaya penegakan kepatuhan terhadap Badan Usaha sudah dilakukan BPJS Kesehatan
              bersama dengan pemangku kepentingan terkait. BPJS Kesehatan telah melaksanakan kegiatan
              penegakan  kepatuhan  bersama  dengan  Direktorat  Pengawasan  Norma  Ketenagakerjaan  dan
              Jaminan Sosial (PNKJ) Kementerian Ketenagakerjaan.

              Kegiatan penegakan kepatuhan tersebut berupa pemanggilan dan pemeriksaan bersama kepada
              Badan Usaha. BPJS Kesehatan di daerah juga telah melakukan kerjasama Dinas Ketenagakerjaan
              di 34 Provinsi dan 480 Kabupaten/Kota di tahun 2020.

              Mundiharno menyebut sampai dengan 31 Maret 2021 jumlah Badan Usaha yang telah terdaftar
              dalam  Program  JKN-KIS  sebanyak  333.56  dengan  jumlah  pekerja  16.969.202  dan  anggota
              keluarga  sebanyak  21.082.026  sehingga  total  peserta  segmen  PPU  Badan  Usaha  sebanyak
              38.051.228 jiwa.

              Dalam kesempatan tersebut, Menteri Ketenagakerjaan RI Ida Fauziyah menyambut baik sinergi
              data  yang  diharapkan  dapat  menyelesaikan  berbagai  kendala  kepesertaan  Program  JKN-KIS
              khususnya  bagi  segmen  PPU-BU.  Menurutnya  perlu  ada  penguatan  dalam  koordinasi  selain
              dengan Kemenaker juga dengan BPJS Ketenagakerjaan.

              "Konsekuensi dari sinergi data ini adalah perlu banyak duduk bersama, adanya pendalaman dan
              yang terpenting pemahaman yang sama antar instansi. Karena dampak dari pertukaran data ini
              tentu  banyak  sekali,  misalnya  ada  penurunan  atau  peningkatan  jumlah  peserta.  Diperlukan
              kecermatan pengolahan data dari masing-masing," kata Ida.

              Misalnya lanjut Ida, dibutuhkan kecermatan data dalam mengolah segmentasi pekerja mikro,
              peserta tertanggung (istri/suami, anak, atau tanggungan lain), masih ada pekerja yang terdaftar
                                                           213
   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219