Page 48 - USHUL FIQH (1)_Neat
P. 48
Misalnya saja firman Allah Swt. sebagai berikut.
ρ γ9 3ƒ Ο9 β) Ν6_≡ρ—& 8? $Β #ÁΡ Ν69ρ
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu,
jika mereka tidak mempunyai anak. (QS An-Nisa [4]: 12).
Ayat ini sudah qath’i, tidak ada pengertian lain selain daripada yang
dikemukakan oleh ayat itu.
Juga misalnya di dalam surat yang lain:
ο πΒ ϑκ]Β ≡ρ ≅. ρ
Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera. (QS An-Nur [24]:2).
Jelaslah deraan itu seratus kali, tidak ada pengertian yang lain. Jadi
ayat ini qath’i. Demikian pula yang menunjukkan harta pusaka arti had
dalam hukum atau nishad, semuanya sudah dipastikan, sudah dibatasi.
b. Nash yang Zhani Dalalahnya
Yaitu yang menunjuk atas yang mungkin ditakwilkan, atau dipalingkan
dari makna asalnya, kepada makna yang lain, seperti firman Allah Swt.:
Î
ÿ 4
à
−
ó
‾
&ρè% πW≈=O £γ¡Ρ'Î/ ∅Á/Iƒ àM≈)=Üßϑø9#ρ
ã
Å
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.
(QS Al-Baqarah [2]: 228).
Quru’ tersebut di dalam bahasa Arab mempunyai dua arti, yaitu suci
dan haid (menstruasi) karena itu ada kemungkinan, yang dimaksud di sini
tiga kali suci, tetapi juga mungkin tiga kali menstruasi. Jadi di sini, berarti
dalalahnya tidak pasti atas satu makna dari dua makna yang dimaksud.
Karena itu para mujtahidin berselisih pendapat tentang hal ini. Ada yang
berpendirian tiga kali haid. Demikian Abd. Wahab Khallaf.
B. As-Sunnah
As-Sunnah, menurut bahasa artinya cara/ sistem, baik cara Nabi
Muhammad Saw., atau juga lawan dari bid’ah.
Adapun dasarnya, sebagaimana dinyatakan secara mutlak oleh
Rasulullah:
34 Ushul Fiqh