Page 19 - FIX E-BOOKLET BIOETANOL
P. 19
H. Pembahasan
Penelitian menggunakan 8 perlakuan dengan
perbandingan rasio crude enzim Trichoderma reesei
dan Aspergillus niger yaitu (0:0), (1:0), (1:1), (2:1), (1:2),
(3:1) dan (1:3).
Pada proses fermentasi larutan kulit kacang tanah dengan
campuran crude enzim Trichoderma reesei dan Aspergillus niger
akan menghasilkan gula reduksi dalam bentuk glukosa (Oktavia et
al., 2014). Rerata kadar gula reduksi tertinggi yaitu 0.14 mL/g, pada
perlakuan P5 rasio crude enzim T. reesei : A. niger (2:1), hal ini
dipengaruhi oleh T. reesei dan A. niger yang menghasilkan enzim
selulase yang dapat mengubah selulosa menjadi glukosa.
Fermentasi larutan dengan menggunakan Zymomonas mobilis
meghasilkan rerata gula reduksi tertinggi yaitu 0,074g/mL pada
perlakuan P5 rasio crude enzim T. reesei : A. niger (2:1), terjadi
penurunan dari kadar gula reduksi dari sebelum ditambahkan
bakteri. Hasil Penurunan kadar gula ini berhubungan dengan
pembentukan etanol yang terjadi saat fermentasi karena Z. mobilis
membutuhkan makanan untuk pertumbuhan, baik memperbanyak
maupun sekedar mempertahankan hidup sel dan berproduksi. Z.
mobilis ini akan mengkonsumsi gula yang ada untuk beraktivitas
sehingga menghasilkan etanol (Rahmadani et al,. 2017).
Hasil pengukuran kadar bioetanol diperoleh rerata kadar
bioetanol tertinggi sebesar 2,23% pada perlakuan P8 rasio crude
enzim T. reesei dan A. niger (1:3). Bioetanol dapat terbentuk akibat
bantuan bakteri Z. mobilis yang mampu mengubah glukosa,
sebagai sumber karbon melalui jalur metabolis menjadi bioetanol
(Febriani et al., 2020).
12