Page 10 - Hujan bulan Juni Pilihan sajak by Sapardi Djoko Damono
P. 10

BERJALAN DI BELAKANG JENAZAH


               berjalan di belakang jenazah angina  pun reda
               jam mengerdip
               tak terduga betapa lekas
               siang menepi, melapangkan jalan dunia

               di samping: pohon demi pohon menundukkan kepala
               di atas: matahari kita, matahari itu juga
               jam mengambang di antaranya
               tak terduga begitu kosong waktu menghirupnya


                                                                                                     1967

               SEHABIS MENGANTAR JENAZAH


               masih adakah yang akan kautanyakan
               tentang hal itu? hujan  pun sudah selesai
               sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap
               di bawah bunga-bunga menua, matahari yang senja

               pulanglah dengan paying di tangan, tertutup
               anak-anak kembali bermain di jalanan basah
               seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh
               barangkali kita tak perlu tua dalam tanda Tanya

               masih adakah? alangkah angkuhnya langit
               alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita
               seluruhnya, seluruhnya kecuali kenangan
               pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba


                                                                                                     1967


               LANSKAP


               sepasang burung, jalur-jalur kawat, langit semakin tua
               waktu hari hampir lengkap, menunggu senja
               putih, kita  pun putih memandangnya setia
               sampai habis semua senja

                                                                                                     1967






               Manuskrip puisi “Hujan Bulan Juni” Sapardi Djoko Damono                                 10
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15