Page 20 - BULETIN 1153
P. 20

BULETIN
            BULETIN            Parlementaria

                       Banggar DPR: 76 Persen
    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA  Penerima Subsidi LPG 3 kg





                                     Salah Sasaran








                    etua Badan Anggaran
                    (Banggar) DPR RI MH.
                    Said Abdullah mendesak
            K pemerintah melakukan
            perbaikan data penerima subsidi LPG
            3 kilogram. Pasalnya, penerima subsidi
            selama ini banya yang tidak tepat
            sasaran. Dari data yang ada, subsidi
            LPG hanya dinikmati masyarakat miskin
            sekitar 24 persen dari total penyaluran.
            Sementara sisanya, sebesar 76 persen
            justru masuk ke kantong orang kaya,
            bahkan oknum pejabat pemerintahan. 
               “Masyarakat miskin dan rentan yang   Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI MH. Said Abdullah. Foto: Jaka/Man
            masuk dalam kelompok 40 persen hanya
            menikmati 26 persen dari subsidi listrik.
            Begitu pula dengan LPG 3 kg, 30 persen   Bahkan, politisi PDI-Perjuangan ini   pendapatan perpajakan (PPh) migas
            rumah tangga dengan kondisi sosial   menemukan masih banyaknya terdapat   dan pendapatan negara bukan pajak
            ekonomi terendah hanya menikmati 24   exclusion error dan inclusion error dalam   (PNBP) dari sektor migas yang semakin
            persen dari subsidi LPG 3 kg, sementara   realisasi pemberian subsidi. Indikasinya,   menurun.  
            76 persen dinikmati oleh kelompok   masih banyak ditemukan, pihak yang   Selain itu, Said menilai penentuan
            yang lebih mampu ,” jelas Said saat   seharusnya berhak menerima subsidi,   skema gross split atau cost
            menyampaikan pidato pengantar Rapat   tetapi tidak menerima. “Sedangkan   recovery yang sudah mengalami tiga
            Kerja Banggar DPR terkait Pembicaraan   pihak yang seharusnya tidak berhak   kali perubahan juga menjadi persoalan
            Pendahuluan dalam Penyusunan RAPBN   menerima, tetapi ikut menerima subsidi,”   di sektor migas. Perubahan ini
            Tahun 2022 di Gedung DPR RI, Senayan,   tegas Said.             menunjukkan, skema yang ditawarkan
            Jakarta, Senin (31/5).             Lebih lanjut, Anggota Komisi XI   oleh pemerintah, baik dalam bentuk cost
               Padahal, konstitusi telah    DPR RI ini juga meminta pemerintah   recovery atau gross split, memiliki titik
            mengamanatkan bahwa penyaluran   melakukan perbaikan yang signifikan   lemah baik bagi pemerintah maupun
            subsidi seharusnya bersifat tertutup,   terhadap kebijakan sektor minyak dan   investor sendiri. Sehingga, perlu segera
            atau by name by address. Hal inilah   gas (migas), baik dari sisi produksi   diperbaiki.  
            yang menurut Said, perlu segera   (lifting) maupun penerimaan. Hal ini   “Saya juga berharap persoalan klasik
            diperbaiki pemerintah pada tahun 2022.   krusial, sehingga mampu meningkatkan   yang selalu muncul, mulai dari sumur
            Dengan demikian, penyaluran subsidi   pendapatan negara dari sektor migas   dan fasilitas produksi migas yang telah
            bisa memberikan rasa keadilan dan   pada tahun 2022.            menua, aktivitas eksplorasi baru yang
            melindungi masyarakat yang berhak   Apalagi, produksi migas Indonesia   belum memadai, peralatan teknologi
            menerima subsidi. “Saya melihat,   terus mengalami tren penurunan yang   yang sudah ketinggalan hingga
            kebijakan manajemen pengelolaan   berkelanjutan dalam dua dekade   persoalan kebijakan dan kompleksitas
            subsidi yang digunakan selama ini masih   terakhir. Dampak lanjutannya, kata   birokrasi yang masih kurang efisien, bisa
            memiliki kelemahan yang mendasar,   Said, penerimaan sektor migas juga   kita temukan solusinya, sehingga tidak
            mulai dari validitas data, pengendalian   mengalami kontraksi dalam tiga tahun   menjadi masalah permanen yang tidak
            harga hingga volume,” terangnya.    terakhir. Kondisi ini tercermin dari   terselesaikan,” pungkas Said.   alw/sf


            20   Nomor 1153/I/VI/2021  •  Juni 2021
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24