Page 232 - BUMI TERE LIYE
P. 232
TereLiye “Bumi” 229
Aku masih menatap jemariku. Av benar, sarung tangan ini amat
berguna.
”Kita harus segera pergi. Masih banyak hewan liar lain yang mungkin
muncul. Ini hutan dengan usia ribuan tahun. Tidak pernah disentuh Klan
Bulan, dibiarkan tumbuh subur.” Ilo membaca peralatan di pergelan gan
tangannya, mencari posisi tujuan. ”Kita menuju ke utara, ada stasiun kereta
darurat di permukaan tanah dua kilometer dari sini. Kalian bisa berjalan
sejauh itu?”
Aku dan Seli mengangguk. Ali mengembuskan napas kuat-kuat.
Ilo sudah berjalan di depan, kami segera beriringan mengik ut i,
menerobos hutan.
Serangga kembali berderik ramai, juga burung-burung besar. Satu-
dua berbunyi dengan irama panjang, satu-dua melengking keras. Setidak ny a
sepanjang perjalanan tidak ada binatang hutan yang mengganggu, hanya
melintas kemudian lari. Seperti-nya dentuman pukulanku tadi mengir im
pesan yang jelas.
”Aku belum pernah melihat bunga anggrek sebesar itu,” Seli berbisik
di belakangku, menunjuk.
Aku ikut mendongak, menatap juntaian bunga anggrek indah di dahan
pohon.
Kami satu-dua kali berhenti sebentar karena Ilo mencocokkan arah.
Aku memperhatikan bunga anggrek dengan kelopak sebesar telapak
tangan. Entah bagaimana, ukuran tumbuhan dan hewan di dunia ini
besar-besar. Saat tadi pagi menatap hamparan hijau dari jendela bangunan
balon yang tingginya ratusan meter dari permukaan hutan, aku tidak
membayangkan isinya seperti ini.
”Karena penduduk dunia ini tidak pernah merusak hutannya.” Itu
teori si genius Ali. Dia menjelaskan sambil terengah-engah mendaki lereng.
”Ilo bilang, usia hutan ini ribuan tahun, bukan? Tidak pernah diganggu.
Maka pohon-pohon tumbuh maksimal. Lingkungan yang subur dan terjaga
memberikan semua nutrisi yang diperlukan. Hewan juga
http://cariinformasi.com