Page 73 - BUKU ILMU FALAK
P. 73
sementara tergugat harus mengucapkan sumpah jika ingin
menolak tuntutan.
Namun di Indonesia secara populer sidang isbat
sering dikaitkan dengan penetapan datangnya bulan
Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, selain juga isbat nikah.
Sidang isbat Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha
diselenggarakan oleh pemerintah sejak tahun 1950 dengan
tujuan menetapkan hari pertama Bulan Ramadhan, Syawal,
dan tanggal 10 Dzulhijjah. Pada awal penyelenggaraannya,
sidang ini hanya sederhana dengan didasarkan fatwa para
ulama bahwa negara punya hak untuk menentukan
datangnya hari-hari tersebut. Kemudian mulai tahun 1972,
Badan Hisab Rukyat (BHR) mulai dibentuk di bawah
Kementerian Agama. Di dalamnya terdapat para ahli, ulama
dan ahli astronomi, yang tugas intinya memberikan
informasi, memberikan data kepada Menteri Agama tentang
awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Sidang ini diadakan satu hari sebelum hari yang
diperkirakan sebagai awal bulan yang dimaksud. Dalam
sidang ini, dihadirkan berbagai ulama, tokoh, dan
organisasi masyarakat di Indonesia. Dan pada tahun 2013,
juga direncanakan hadirnya perwakilan negara lain yang
akan menjadi saksi dan memberi pandangan mengenai
penentuan tanggal penting ini. Sidang akan diawali dengan
pemaparan mengenai posisi hilal atau bulan pada petang
hari di sejumlah daerah oleh anggota Badan Hisab Rukyat
Kementerian Agama RI dari Planetarium. Kemudian
berbagai perwakilan Ormas dan Ulama yang menggunakan
berbagai metode dalam menentukan datangnya hari suci
akan bermusyawarah untuk menentukan dengan
kesepakatan bersama. Setelahnya pemerintah
mengumumkannya sebagai sebuah keputusan yang
disahkan negara. Namun Badan Hisab Rukyat Kementerian
Agama sendiri mengakui bahwa keputusan ini tidaklah
mengikat, sehingga setelahnya bisa saja pihak tertentu
tetap meyakini tanggal yang berbeda.
Ilmu Falak | 73