Page 181 - a man called ove
P. 181
A Man Called Ove
terlambat tiga atau empat menit, seakan ini tidak menjadi
masalah. Seakan jalur kereta api hanya akan membentang
saja di sana, menunggu mereka pada pagi hari dan tidak
punya sesuatu yang lebih baik untuk dikerjakan.
Jadi, setiap lima belas menit yang berlalu ketika Ove
berdiri menunggu di stasiun, dia merasa sedikit jengkel. Lalu,
kejengkelannya berubah menjadi kecemasan tertentu. Setelah
itu, dia memutuskan bahwa Sonja hanya menggodanya ketika
menyarankan agar mereka bertemu. Dia belum pernah merasa
sekonyol itu sepanjang hidupnya. Tentu saja perempuan itu
tidak ingin pergi keluar bersamanya. Bagaimana mungkin
pikiran itu merasuki kepalanya?
Perasaan tersinggung Ove, ketika pemahaman itu
terpikirkan olehnya, meluap-luap bagaikan aliran lava. Dia
tergoda untuk mencampakkan buket bunga ke tong sampah
terdekat dan berjalan pergi tanpa berbalik lagi.
Ketika direnungkan kembali, Ove tidak begitu bisa
menjelaskan mengapa dia tetap tinggal. Mungkin karena
dia merasa, terlepas dari semuanya itu, perjanjian bertemu
adalah perjanjian. Dan mungkin ada semacam alasan lain.
Sesuatu yang sedikit lebih sulit untuk diingat.
Tentu saja Ove tidak mengetahuinya pada saat itu.
Namun dia memang ditakdirkan untuk menghabiskan
begitu banyak seperempat jam dalam hidupnya dengan
menunggu perempuan itu sehingga mata ayah Ove mungkin
akan berubah juling jika mengetahuinya. Dan ketika akhirnya
perempuan itu muncul, dengan rok panjang bermotif bunga-
bunga dan kardigan yang begitu merah sehingga membuat
Ove menggeser bobot tubuh dari kaki kanan ke kaki kiri, dia
176