Page 426 - a man called ove
P. 426
Fredrik Backman
Suara Parvaneh menarik Ove dengan lembut, seakan
lelaki itu baru saja keluar dari mimpi yang menghanyutkan.
Parvaneh berdiri di ambang pintu menuju ruang duduk sambil
memegangi perut membuncitnya, menyeimbangkan perut
itu di depan tubuhnya seakan menyeimbangkan keranjang
cucian besar. Ove mendongak, matanya sedikit berkabut.
“Ya, ya, tentu saja.”
“Kau mau masuk dan makan kue?”
“Tidak … tidak. Aku tidak suka kue. Aku hanya akan
sedikit berjalan-jalan dengan si kucing.”
Mata cokelat besar Parvaneh memandang Ove dengan
tatapan menusuk, seperti yang semakin sering terjadi
belakangan ini, dan yang selalu membuat Ove sangat gelisah.
Seakan perempuan itu dipenuhi fi rasat buruk.
“Oke,” kata Parvaneh pada akhirnya, tanpa adanya
keyakinan dalam suaranya. “Besok kita akan belajar menyetir?
Aku akan membunyikan bel pintumu pukul delapan,”
sarannya setelah itu.
Ove mengangguk. Si kucing berjalan memasuki lorong
dengan kue ulang tahun di kumisnya.
“Kau sudah selesai?” dengus Ove kepadanya dan, ketika
si kucing tampak siap mengiyakan, Ove melirik Parvaneh,
sedikit berkutat dengan kunci-kuncinya, lalu menyetujui
dengan suara rendah:
“Baiklah. Kalau begitu, besok pagi pukul delapan.”
Kegelapan musim dingin yang pekat telah menyelimuti,
ketika Ove dan si kucing melangkah menyusuri jalan setapak
kecil di antara rumah-rumah. Tawa dan musik dari pesta
421