Page 133 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 133
Maryam adalah tokoh utama dalam novel ini. Citra diri tokoh Maryam
menurut Satoto (1994) dapat direpresentasikan berdasarkan aspek psikis, fisik, dan
sosial. Maryam adalah seorang perempuan yang besar di sebuah desa kecil di
Lombok yang bernama Gegerung. Maryam ketika bekuliah di PTN di Surabaya
sempat membina hubungan dengan lelaki bernama Gamal atas dasar perjodohan
sesama jemaah Ahmadiyah di Surabaya. Maryam juga sempat bekerja sebagai
karyawati bank ternama di Jakarta, kemudian keluar dari pekerjaannya yang
disebabkan suatu perceraian bersama lelaki yang bernama Alam. Setelah menjanda,
Maryam menikah lagi dengan Umar. Seorang lelaki dari keluarga Ahmadiyah.
Sejak kecil Maryam memiliki karakter yang sederhana, beprestasi, mandiri,
modern, bermoral, rendah hati, santun, dan humanis, namun Maryam juga memiliki
sifat yang emosional dan bejiwa pemberontak. Maryam memiliki kecantikan yang
khas kaum perempuan Indonesia Timur. Kulit Mariam yang sawo memiliki bola
mata yang bulat, berhalis lebat, dan bibir sedikit tebal merekah. Maryam juga
memiliki rambut hitam legam dan lurus yang selalu dibiarkan tergerai panjang
melebihi punggung. Dengan segala yang dimiliki Maryam itu, tak sedikit lelaki
yang mengagumi keindahan fisiknya. Disertai dengan keindahan batiniahnya,
lengkap sudah kecantikan pada diri Maryam. Maryam adalah perempuan cerdas
dan kritis, sehingga membuat Maryam bisa diterima sebagai mahasiswa jurusan
akuntansi pada sebuah PTN di Surabaya. Sejak SD sampai SMA, Maryam selalu
juara kelas. Dengan kecerdasan intelegensinya, Maryam mampu meraih kesuksesan
bidang akademik dan pekerjaan. Dengan kecerdasan emosinya, Maryam
merupakan pribadi yang ramah, santun, dan bermoral. Dalam dirinya sudah
tertanam nilai-nilai keimanan yang diajarkan oleh kedua orang tuanya sejak kecil.
Meskipun pernah meninggalkan keyakinannya sebagai seorang Ahmadiyah karena
menikah dengan Alam. Maryam juga berkepribadian tegar, mandiri, dan
pemberontak. Perjuangan ayahnya yang telah meninggal dalam upaya menuntut
keadilan jemaah Ahmadiyah, dilanjutkan Maryam bersama para pengikut ayahnya.
Maryam pun akhirnya bersama para jemaah Ahmadiyah mendatangi gubernur
Lombok dengan menuntut agar gubernur memperhatikan jemaah Ahmadiyah yang
128