Page 176 - PAI 11 SISWA
P. 176

dan  mistisisme  (tasawuf).  Beliau  adalah  negarawan,  ahli  fikih,  teolog,  sufi,
                  sejarawan dan sastrawan penting dalam sejarah Melayu pada abad ke-17.

                      Peranan Syekh Nuruddin      dalam perkembangan Islam di Nusantara
                  tidak dapat diabaikan. Dia berperan membawa tradisi besar Islam sembari
                  mengurangi masuknya tradisi lokal ke dalam tradisi yang dibawanya. Tanpa
                  mengabaikan peran ulama lain yang lebih dulu menyebarkan Islam di
                  wilayah ini, beliau berupaya menghubungkan satu mata rantai tradisi Islam
                  di Timur Tengah dengan tradisi Islam Nusantara.
                      Bahkan, Syekh Nuruddin merupakan ulama pertama yang membedakan
                  penafsiran doktrin dan praktik sufi yang salah dan benar. Saat baru tiba di
                  Aceh, di wilayah tersebut telah berkembang luas paham wujudiyah. Paham
                  ini dianut dan dikembangkan oleh Syekh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin
                  as-Sumatrani.

                      Pada tahun 1637 M, ia kembali ke Aceh dan tinggal selama tujuh tahun.
                  Saat itu Syekh Syamsuddin as-Sumatrani telah meninggal. Berkat keluasan
                  pengetahuannya, Sultan Iskandar Tani (1636 M-1641 M) mempercayainya
                  untuk mengisi jabatan yang ditinggalkan oleh Syamsuddin. Nuruddin
                    sebag  K    al-A    Besar      sebag
                  Sy        al-Rahmān.

                  3.  Karya Tulisnya
                  Syekh Nuruddin menulis beberapa buah kitab. Ia juga membaca Hikayat Seri
                  Rama dan Hikayat Inderaputera, yang kemudian dikritiknya dengan tajam,
                  serta Hikayat Iskandar Zulkarnain. Beliau juga membaca   as-Salātīn
                  karya Bukhari al-Jauhari dan   as-Salātīn        yang populer pada masa
                  itu. Kedua karya ini, memberi pengaruh yang besar pada karyanya sendiri,
                  yakni Bustān as-Salātīn.

                      Sebagai ikhtiar menyanggah pendapat dan paham       wujudiyah, Syekh

                  Nuruddin menulis beberapa kitab, antara lain   al-‘Ārifīn (
                      Mencap  Peng      al-‘Asyiqīn


                    Kek    Al-Muntahi (Pencap            jug
                  menyanggah ajaran Hamzah Fanzuri melalui polemik-polemik terbuka
                  dengan para pengikut wujudiyah.

                      Sesudah berpolemik selama sekitar satu bulan, Syekh Nuruddin terpaksa
                  meninggalkan Aceh untuk kembali ke tanah kelahirannya di Ranir, daerah


                   156   Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI
   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181